SOLOPOS.COM - Anggota Aliansi Buruh se-Soloraya menggelar aksi demonstrasi di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Kamis (19/11/2015). Pada aksi tersebut buruh menyerukan penolakan PP No.78 Tahun 2015 serta menuntut kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) Soloraya menjadi Rp2,5 juta. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Demo buruh dan mogok nasional ditanggapi Apindo dengan mempertanyakan untuk siapa aksi itu dan apakah ada kepentingan politis di dalamnya.

Solopos.com, JAKARTA — Ancaman mogok nasional yang dilakukan kalangan pekerja mendapat perhatian pelaku usaha. Mogok yang rencananya akan dilakukan pada 24-27 November 2015 itu memicu kekhawatiran dunia usaha.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Aditya Warman, bahkan menulis surat terbuka untuk kalangan pekerja terkait ancaman mogok nasional itu. Dia mempertanyakan untuk apa dan siapa sebenarnya ajakan aksi mogok nasional itu.

Berikut isi surat terbuka Apindo yang diterima Bisnis/JIBI, Minggu (22/11/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

SURAT TERBUKA
untuk Sahabat Pekerja.
——————————————
Ajakan Mogok Nasional sebenarnya buat siapa…
Ajakan Mogok Nasional sebenarnya untuk apa…
Ajakan Mogok Nasional benarkah hanya sensasi politis semata…

Dengan kerendahan hati, Mana ada Negara untuk tidak ingin sejahtera buruhnya…
Dengan akal sehat, Pengusaha mana yg masih bisa bertahan menjalankan usaha tanpa melihat Buruh adalah asetnya…
Dengan penuh hormat,
mana ada Pekerja/Buruh yg membiarkan & tidak terjaga sawah ladang dari wereng wereng yg ‘sweeping’ atas nama sejahtera buruhnya.

Pabrik tutup apa jadinya.
Pemerintah cari investasi, Rupiah & Inflasi korban sejadi-jadinya.
Buruh memaki, rendah daya belinya.

Adakah sisi yang patut untuk direnungkan?
Adakah tindakan yg tepat pada solusinya,
Apakah dengan agitasi dan advokasi sebuah masalah ter-ekspektasi,
Apakah dengan menyerang kita mampu membangun kesejahteraan,
Apakah revolusi dan agitasi hanya sebatas kepentingan politis sesaat tanpa solusi jangka panjang.
Saling menyerang dan menjatuhkan itu bukan cara ala Indonesia, Kita bangun Ibu pertiwi dengan kemuliaan, kearifan & kebersamaan.
Mana ada perjuangan pukul rata, buat semua merana, Mana ada damai jika terpenjara akan ketakutan teriakan membabi-buta, tutup jalan dan pabrik mana benar itu caranya, pekik demokrasi telah mengubah cara dan etika-nya, tanpa irama dan kesantunan dipertontonkan sekedar teriakan sejadi jadinya.
Akal sehat kita memilih dan memilah untuk mampu menilai atas impactnya,
Benarkah itu untuk masa depan buruh kita….
Benarkah abdi Bangsa tidak bersikap tegas atasnya.
Benarkah hati nurani kita rela diam sebagai tanda pembenaran atas itu semua
Musuh Bangsa ini sebenarnya adalah kebodohan & produktivitas!
Dimana kompetensi ini ditabur benihnya,
Dimana kharakter bangsa diajarkan kemuliaanya, dan Dimana produktivitas di tegakkan!
Semua telah menjadi pencitraan semata dalam politisasi aktivis Buruh yang abai akan harmoni hubungan industrialnya.
Saat ini Daya saing global sudah menjadi mimpi di siang bolong untuk Indonesia.
MEA adalah bukti semua akan dibuka mata kita, dan dibungkam mulut kita. Akan terlenanya cara kita berbagi upah sejahtera.

Banyak cara untuk bicara upah tidak sekedar melawan, meneriakkan dan menghancurkan rumah kita. Ini masalah bersama, Apa yg salah dari itu semua, dunia international tertawa akan salah urus hubungan industrial kita, bersinergi untuk bicara dalam “Social Dialogue” dalam spirit musyawarah dan gotong royong, pasti ada solusi atasnya.

Tak simpatik bila kita ingin lebih dengan berlebih cara mendapatkannya, tak mulia bila emosional sebatas kepentingan belaka. Bicara bipartit sesuai kemampuan ceriuk nasi masing masing dari kita.

Wahai para inisiator mogok nasional,…
Banyak Serikat pekerja yg penuh makna.
Banyak Serikat Buruh ogah cara turun kejalan dan sweeping namanya.
Banyak rekan rekan pekerja yg tahu makna bersinergi dg pengusaha sbg partner terbaiknya.
Banyak Rakyat kita ingin dipimpin oleh Negarawan bukan Politisi semata…
Buka matahati kita, buka akal sehat kita.
Kita perlu untuk bicara Bahwa lndonesia Taman Investasi dunia…
Bahwa Indonesia surganya pekerja berprestasi…
Bahwa Indonesia tidak suka berkelahi…
Bahwa indonesia adalah pilihan INVESTASI…

Jayalah negeriku penuh harmoni,
Lupakan upah Minimum karena kami mulai memahami upah produktivitas, karena jalan kompetensi u/ produktivitas adalah solusi kami. Enyahlah pengusaha abal-abal sebatas cari profit semata, kami bersinergi untuk sahabat Pengusaha yang memahami kami adalah investor yg sebenarnya, kita tatap masa depan produktivitas adalah adalah sejahtera masa depan anak istri kita, kami mahfum akan makna “Bayar mahal tak masalah bayar kemahalan baru masalah”. Hanya kompetensi dan produktivitas adalah harga diri kami, dan hanya kepada ALLAH SWT jualah kami bersandar dan bersyukur atas rejeki kami!.

Mogok Nasional sebatas selogan sakit hati kah…
Mogok nasional tidak mewakili kalian pekerja inovasi.
Mogok nasional sebatas emosi bukan jiwa kami.

Hadirkan hati untuk menyapa engagement pekerja dan awareness Pengusaha adalah ikatan dalam sinergi sejahtera, Untuk masa depan keluarga Pekerja/buruh dalam sebuah kesejahteraan ala Indonesia kita!!!

Kami berdoa, Mogok Nasional menuju jalan yg lurus… Penuh makna tak bertepi akan setiap kepentingan…tak berujung akan setiap hasutan dan tak berkelit akan setiap kebenaran, karena setiap ‘Statement’ adalah dipertanggung jawabkan di setiap mihrabNya….

Tersemai atas keprihatinan atas buramnya pilar-pilar “mutual trust” Hubungan Industrial Indonesia
Pagi itu, 22 November 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya