SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sebuah adegan yang tidak terduga terjadi di panggung siswa pada awal tahun ajaran baru. Di sana ada pemberian penghargaan kepada siswa yang menunjukkan prestasi bagus sepanjang tahun lampau, baik prestasi akademis maupun prestasi pengembangan diri.

Seorang siswa penerima berbicara di depan mikrofon, “Sebenarnya saya tidak pantas untuk penghargaan terbaik sinematografi ini. Teman saya lebih pantas, karena menunjukkan kerja keras lebih dari saya. Hanya karena tidak naik kelas, dia kita lupakan. Hadiah ini akan saya berikan padanya”.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sontak tepuk tangan bergemuruh di aula mengiringinya menjemput  teman yang dimaksud sembari menyerahkan hadiah dan merangkulnya. Sebagai guru yang hadir di forum tersebut, hati saya begitu terharu. Tidak terlintas sama sekali di pikiran hadirin, saya pun tidak, menolak secara halus sebuah penghargaan, dengan menyebut orang lain sebagai yang pantas menerima. Tidak tampak kesan hal itu sebagai basa-basi.

Ekspedisi Mudik 2024

Namun, mungkin ada yang melihatnya dari sudut berbeda. Yang ditunjukkan siswa tersebut sekadar cari muka, demi sensasi, atau dianggap sok rendah hati. Cara pandang demikian tentu tidak terlepas dari sikap konformistis, menghendaki semua hal serba seragam. Jika cara pandang itu dimiliki oleh guru, dia beranggapan bahwa siswa haruslah seragam pula dalam segala hal. Seragam dalam cara berpikir. Kalaupun ada yang berani tampil beda, hal itu ditempatkan sebagai hal yang aneh dan patut dicurigai. Jika menilik riwayat kesehariannya, sebagai guru saya meyakini pada dirinya ada ketulusan dan keberanian untuk keluar dari cara berpikir kebanyakan orang muda sebaya.

Adegan di panggung tersebut, pada orang muda ini, telah membalikkan arus kecenderungan memburu penghormatan dan penghargaan di masyarakat. Banyak orang berlomba-lomba dan mengelola masyarakat agar memberikan nilai kepada dirinya lebih hebat, menganggap diri paling pantas mendapatkan penghargaan. Perilaku jumawa ditunjukkan di depan kamera dan juru warta, meskipun banyak kali terbaca sebatas seremonial belaka. Tanpa ketulusan!

Man and women for others
Anak-anak kita dalam kelompoknya telah bisa menunjukkan bela rasa untuk temannya. Ketika teman sekelasnya tidak naik kelas atau tidak lulus ujian, betapa mereka ikut bersedih. Pun, ketika ada duka di antara keluarga temannya, mereka pun berusaha solider. Benih-benih kepedulian untuk sesamanya semacam itu bisa diasah lebih jauh demi mengembangkan kemanusiaan mereka.

Sekolah mestinya mendidik siswa menjadi manusia demi manusia lain. Namun, pengalaman membuktikan bahwa menjadi manusia demi manusia lain tidak mungkin kalau manusia itu tidak mampu. J Drost, pakar pendidikan, menyebut pentingnya mendidik siswa menjadi kompeten, cakap, dan sadar akan tanggung jawab. Apabila orang itu cakap, kompeten, dewasa, dan sadar akan hak-hak orang lain, barulah ia mampu dan sanggup menjadi manusia demi manusia lain.

Untuk mencapai hasil seperti itu, tidaklah cukup jika sekolah memiliki guru-guru berpengalaman, seorang kepala sekolah yang amat cakap, dan sebuah kurikulum yang menyiapkan siswanya masuk perguruan tinggi. Suasana lingkungan tempat proses belajar mengajar berlangsung amat menentukan, bahkan dapat menjadi model keluarga yang mengantar anak-anaknya menuju kedewasaan. Semangat dasar yang pertama-tama dihidupi di sekolah mestinya setiap pribadi unggul untuk mengungguli diri sendiri. Kompetisi di kelas bukan untuk mengalahkan siswa lain, tetapi setiap siswa mengalahkan dirinya sendiri.

Semangat keunggulan yang dicita-citakan tersebut adalah keunggulan akademik sejati yakni keunggulan untuk semua siswa tanpa kecuali, pandai ataupun kurang pandai, yang sesuai dengan kemampuan masing-masing pribadi. Para guru dan orang tua bisa belajar dari siswa di atas, bahwa hidupnya menjadi berharga karena bisa menghargai sebayanya yang memang pantas dihargai. Tujuannya bukanlah hadiah, tetapi hati yang peduli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya