SOLOPOS.COM - PENJAGAAN BANSER -- Kapolda Jateng, Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo berbincang dengan anggota Banser yang turut membantu pengamanan di GBIS Kepunton, Solo, Minggu (2/10/2011). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

(Solopos.com) – Ya Bapa, Ampunilah mereka. Sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat…(Lukas 23: 34)

Kalimat itu tertulis rapi di selembar spanduk MMT di pintu gerbang Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jebres Solo, Minggu (2/10/2011). Kata-kata yang sebenarnya persis dengan doa Nabi Muhammad SAW ketika dilempari batu oleh warga Thaif di masa awal dakwahnya. Itu sesungguhnya adalah bukti betapa agama manapun selalu mengajarkan cinta kasih dan kedamaian.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

PENJAGAAN BANSER -- Kapolda Jateng, Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo berbincang dengan anggota Banser yang turut membantu pengamanan di GBIS Kepunton, Solo, Minggu (2/10/2011). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Ya, inilah pesan kedamaian yang tercermin di lingkungan GBIS Kepunton sepekan pascatragedi bom bunuh diri. Ratusan jemaah berduyun-duyun memadati gereja seakan mereka tak terpengaruh sama sekali dengan peristiwa bom yang menyentak penjuru dunia itu. Yang mengharukan lagi ialah para pengatur lalu lintas serta penjaga keamanan di kawasan GBIH Kepunton itu ialah para pasukan keamanan dari Ormas Islam Nahdhatul Ulama (NU), yaitu Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Mereka sadar sepenuhnya bahwa agama selalu mengutamakan cinta kasih di atas segalanya.

“Banser tak melihat agama, ras, atau golongan dalam memberikan keamanan. Banser menolong atas dasar rasa kemanusiaan universal. Itulah ajaran Islam rahmatan lil’alamin,” tegas Ketua Ranting Banser Jebres, Solo, Edy Asrory kepada Espos di sela-sela tugasnya.

Para Banser itu memang tak dilengkapi senjata api sebagaimana aparat kepolisian. Namun, mereka menyimpan semangat cinta kasih dalam hati untuk menjaga kedamaian kota tercintanya ini. Cukup dengan bekal cinta kasih yang ditauladankan Nabi Muhammad itulah, mereka siap menjaga kerukunan umat beragama siang malam. “Semalam, saya bersama teman-teman juga berjaga di Gereja Mojosongo sampai dini hari pukul 01.30 WIB. Sebenarnya, pagi ini masih ngantuk juga, tapi tak apa-apalah,” lanjut Asrory.

Asrory hanyalah orang biasa yang bekerja sebagai pembuat sangkar burung. Kadang, ia mengajari anak-anak di kampung belajar mengeja huruf hijaiyah dan sesekali mengisi ceramah agama di masjid dan musala. Bersama rekan-rekannya yang tak seberapa itu, bapak berputra dua ini masih menyempatkan mengenakan seragam Banser usangnya itu demi menjaga keamanan betapapun tanpa bayaran. “Semangat kami berjaga ialah ingin menunjukkan bahwa Islam itu memberi rasa aman bagi sesama,” lanjutnya.

Apa yang dilakukan Asrory bersama rekan-rekan Banser lainnya itu barangkali hanyalah secuil cerita betapa umat beragama di Solo ini terus berlomba-lomba mengajarkan kebaikan kepada sesama, bukan menebar kebencian. “Kami pun selalu mengingatkan kepada jemaah, bahwa Tuhan Yesus selalu menjunjung cinta kasih di atas segalanya,” papar Pendeta GBIS Kepunton, Jonathan Jap Setyawan.

Aries Susanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya