SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebar demam berdarah dengue. (JIBI/Solopos/Dok.)

Kasus DBD turun dari 875 jadi 140 kasus.

Solopos.com, SRAGEN—Keberhasilan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen menekan angka kasus demam berdarah dengue (DBD) pada 2017 menjadi 140 kasus dari yang sebelumnya 875 kasus mendapat apresiasi positif Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Dia berharap kinerja Dinkes terus ditingkatkan pada 2018.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Konsistensi Dinkes dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja agar lebih baik lagi pada tahun ini,” kata Bupati, Selasa (20/3/2018).

Yuni, panggilan akrabnya, menilai penurunan jumlah kasus DBD pada 2017 dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Faktor lainnya adalah peran maksimal seluruh puskesmas dalam pencegahan dengan melibatkan masyarakat. Selain itu, peran sukarelawan pemantau jentik-jentik sangat strategis. (baca juga: DEMAM BERDARAH SRAGEN : Ini 2 Kecamatan Bebas Endemis DBD)

“Gerakan tiga M [menguras bak mandi, mengubur kaleng bekas, dan menutup penampungan air] benar-benar dijalankan melalui pengawasan yang dilakukan kolaboratif semua pihak,” tutur dia.

Berdasarkan data Dinkes Sragen, ada 140 kasus DBD pada 2017. Angka itu turun signifikan dibandingkan jumlah kasus DBD pada 2016 sebanyak 875 kasus.

Selain penurunan angka kasus, sepanjang 2017 tidak ada penderita DBD yang meninggal dunia. Padahal pada 2016 tercatat lima orang meninggal dunia karena terserang penyakit tersebut.

Penjelasan itu disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Sragen, M.M. Sumiyati, saat diwawancara wartawan di kantornya, Senin (12/3/2018) lalu.

“Pada 2017 ada 140 kasus, yang meninggal tidak ada. Pada 2016 tercatat 875 kasus dengan lima orang meninggal dunia. Artinya ini penurunan signifikan kasus demam berdarah,” tutur dia.

Penurunan signifikan kasus DBD diikuti dengan turunnya jumlah desa/kelurahan endemis DBD. Pada 2016 ada 72 desa/kelurahan endemis DBD, sementara pada 2017 menjadi 51 desa/kelurahan.

Desa/kelurahan berstatus endemis DBD lantaran selama tiga tahun berturut-turut muncul kasus DBD di wilayah itu.

“Secara umum parameter pengendalian DBD 2017 cukup baik,” imbuh dia.

Tren rendahnya kasus DBD masih terlihat hingga awal 2018. Berdasarkan data Dinkes, sepanjang Januari-Februari 2018 baru ada 27 kasus DBD dengan satu orang meninggal.

Kepala Dinkes Sragen, Hargiyanto, menjelaskan turunnya angka kasus DBD pada 2017 tidak lepas dari intervensi yang dilakukan secara terukur dan terus-menerus oleh Pemkab Sragen.

Konkretnya dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan tiga M plus. Selain membiasakan warga agar melakukan PSN, ada pula juru pemantau jentik-jentik per rumah.

“Peran Bupati yang terus menyisipkan materi pentingnya PSN di setiap pengarahan sangat penting. Ini tidak lepas dari background Bupati yang merupakan seorang dokter,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya