SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging atau pengasapan untuk memutus daur hidup nyamuk (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demam berdarah Solo, ada 46 kasus dengan satu orang meninggal dunia sejak 2016.

Solopos.com, SOLO–Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bengawan melonjak. Hingga pekan ke-7, angka kasus DBD mencapai 46 kasus, dengan satu kasus meninggal dunia (MD) akibat keganasan nyamuk aedes aegipty.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Efy S. Pertiwi mengatakan tren kasus DBD terus meningkat. Peningkatan kasus DBD terjadi mulai pekan keempat.

“Pada pekan pertama hingga ketiga tahun ini, jumlah kasus DBD hanya delapan. Tapi pekan ketujuh naik mencapai 46 kasus, satu di antaranya meninggal dunia,” kata Efi kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (23/2/2016).

Efi memerinci 46 kasus DBD didominasi anak-anak yang mencapai 39 orang. Termasuk satu kasus MD adalah anak-anak yang merupakan warga Mojosongo. Efi mengatakan Mojosongo menjadi salah satu kelurahan endemis DBD, dengan angka kasus tertinggi se-Kota Solo.
DKK mencatat kasus temuan DBD di Mojosongo mencapai 16 kasus, satu kasus MD. Disusul Kelurahan Kadipiro 14 kasus. Kemudian Kelurahan Penumping, Purwosari, Tipes, Jebres, Pucangsawit dan Banyuanyar masing-masing dua kasus DBD.

“Sedangkan Kelurahan Bumi, Panularan, Danukusuman dan Nusukan masing-masing satu kasus DBD. Penyebaran DBD tersebar di 12 kelurahan itu,” kata Efi.

Dibandingkan pekan yang sama di tahun lalu, Efi mengatakan kasus temuan DBD sedikit mengalami penurunan. Tahun lalu, Efi mengatakan jumlahnya mencapai 57 kasus DBD. Namun nol kasus meninggal dunia akibat DBD. Efi memprediksi tren angka kasus DBD masih terus naik dan puncaknya terjadi pada Mei mendatang. Efi meminta kepada seluruh warga untuk mewaspadai penyakit DBD. Pemkot telah melayangkan surat edaran (SE) kepada seluruh kelurahan untuk meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya masing-masing. Langkah ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi penyebaran nyamuk DBD.

“Kami terus menggencarkan penyuluhan kepada masyarakat melalui program penyuluhan khusus maupun kampanye kesehatan yang melibatkan kader dan masyarakat tentang penyakit DBD,” kata Efi.

Selain itu untuk mencegah muncul dan berkembangnya wabah penyakit itu, masyarakat harus selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Salah satunya menguras bak mandi. Tak hanya itu seluruh permukiman penduduk, termasuk tempat indekos juga harus disasar dan dipantau jentik nyamuknya. Upaya lainnya, menurut Efi meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat cukup, serta menghindari gigitan nyamuk. Dengan cara tidur memakai kelambu, mengenakan pakaian tertutup lengan panjang, lotion anti nyamuk dan mengurangi area terbuka yang bisa digigit nyamuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya