SOLOPOS.COM - JIBI/HARIAN JOGJA/DESI SURYANTO MEMUDAHKAN PENDONOR -- Seorang pendonor mendonorkan darahnya pada mobil unit donor darah PMI DIY di kawasan Bundaran UGM, Sleman, Kamis (16/2).Keberadaan Mobil Unit Donor Darah mempermudah para pendonor untuk bisa mendonorkan darahnya, layanan jemput bola ini terbilang cukup efektif dengan jumlah pendonor rata-rata mencapai 20 orang per hari. Kebutuhan akan darah pada Februari ini terbilang cukup tinggi selaras dengan banyaknya kasus demam berdarah.

Demam berdarah Sleman, jumlah pasien bertambah

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat pada bulan kedua 2017 ini temuan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah setempat menunjukkan angka yang meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pada Januari tercatat ada 31 kasus suspect DBD, kemudian per 11 Februari, jumlahnya meningkat menjadi 60 kasus,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Nurul Hayah, Sabtu (11/2/2017) seperti dikutip dari Antara.

Ia mengimbau, masyarakat agar dapat meningkatkan kewaspadaan, karena pada Januari hingga Maret biasanya paling banyak ditemukan penyakit DBD karena sepanjang periode itu curah hujan tinggi.

“Bahkan pada tahun lalu dalam periode yang sama jumlah kasus DBD mencapai 150 kasus,” katanya.

Menurut dia, sebaran penyakit DBD hampir merata di semua kecamatan, namun temuan kasus terbanyak ada di daerah padat penduduk seperti Kecamatan Gamping dan Depok.

“Kami terus berupaya promosi melalui penyuluhan, dan pemberantasan sarang nyamuk. Petugas juga mulai melakukan pendekatan ke keluarga mengenai pencegahan DBD,” katanya.

Nurul mengatakan, cara efektif untuk memberantas sarang nyamuk melalui 3M yakni menguras dan menutup penampungan air, serta mengubur barang bekas.

“Jika ada daerah yang dicurigai muncul DBD, langkah pencegahan penularannya tidak cukup hanya dengan fogging saja tapi melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.

Ia mengatakan, fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk usia dewasa. Sementara, usia hidup nyamuk tersebut hanya berkisar 1 hingga 1,5 bulan. Sehingga jika pengasapan baru dilakukan dalam jangka waktu satu bulan setelah ditemukan penderita, maka hasilnya tidak akan efektif.

“Hasil pantauan selama ini, angka bebas jentik masih tergolong rendah. Idealnya berada diatas level 95 persen, namun pengecekan di lapangan masih dibawah angka tersebut. Hal terpenting adalah menerapkan pola hidup sehat. Salah satunya dengan rutin membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal setidaknya satu minggu sekali,” katanya.

Tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk, kata dia, juga perlu mendapat perhatian.

“Seperti tampungan dispenser, dan gantungan baju. Pada musim hujan ini, bekas tebangan pohon bambu juga perlu dicermati agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya