SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging atau pengasapan untuk memutus daur hidup nyamuk (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demam berdarah Klaten, ada 56 desa/kelurahan masuk endemis DBD.

Solopos.com, KLATEN–Sebanyak 56 dari 401 desa/kelurahan di Klaten tergolong endemis demam berdarah dengue (DBD). Sejumlah warga diminta mewaspadai serangan DBD yang diprediksi semakin mengganas menyusul masih berlangsungnya musim kemarau basah di Kabupaten Bersinar dalam beberapa hari terakhir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Hery Martanta, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Rabu (28/9/2016). Merebaknya penyakit DBD dapat dicegah dengan mematikan jentik dan menerapakn pola hidup bersih dan sehat.

“Kami mendorong semua desa di Klaten agar menyiagakan juru pemantau jentik (jumantik) di masing-masing desa. Saat ini, baru berlangsung di beberapa desa, seperti di Pandes Kecamatan Wedi. Potensi DBD itu masih ada. DBD tak dapat dimusnahkan karena Indonesia berada di iklim tropis dan mobilitas warga tinggi. Terlebih, desa endemis di Klaten mencapai 56 desa,” katanya.

Herry Martanta mengatakan bakal mengundang pamong desa di puluhan desa yang tergolong endemis DBD awal Oktober mendatang. Hal itu dilakukan guna mencegah serangan DBD.

“Di sana, kami akan mengajak semua pamong desa dan warga agar waspada terhadap serangan DBD,” katanya.

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Dinkes Klaten, Wahyuning Nugraheni, mengatakan jumlah kasus kematian yang disebabkan DBD periode Januari-Agustus 2016 mencapai 17 orang. Jumlah tersebut masih sedikit dibandingkan kasus kematian yang terjadi 2015, yakni 26 orang.

“Jumlah kasus kejadian di tahun 2015 mencapai 525 kejadian dengan kematian mencapai 26 orang. Sedangkan, di tahun 2016 sudah mencapai 540 kejadian,” katanya.

Wahyuning Nuhraheni menyebutkan kasus kematian yang disebabkan DBD saat Agustus lalu terjadi di Kecamatan Prambanan dan Klaten Selatan. Munculnya kematian yang melanda penderita DBD disebabkan beberapa hal, di antaranya telat mendiagnosa jenis penyakit dan meremehkan jenis penyakit.

“Paling banyak DBD menjangkiti anak-anak. Makanya, kami mengimbau terhadap orangtua agar memantau anak-anaknya. Di samping itu, harus menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan. Perlu juga dilakukan 3M (mengubur, menguras, dan mengubur). Kami juga memantau terus perkembangan DBD di Klaten melalui Puskesmas-Puskesmas yang ada di Kabupaten Bersinar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya