SOLOPOS.COM - Petugas menunjukkan stok darah di UTD PMI Kabupaten Madiun, Sabtu (23/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Fikri Yusuf)

Demam berdarah DIY korban meninggal terus bertambah.

Harianjogja.com, JOGJA — Persoalan kesehatan terkait mewabahnya Demam Berdarah Dengue (DBD) di DIY mencapai 3.700 kasus dengan menewaskan 20 orang di seluruh kabupaten/kota hingga akhir Agustus 2016. Memasuki musim hujan, Dinas Kesehatan DIY mewanti-wanti agar masyarakat meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mewaspadai DBD.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan DIY Elvy Effendi menjelaskan, hingga saat ini di seluruh kabupaten/kota di DIY, sudah tercatat 20 korban meninggal dunia akibat DBD. Adapun total kasus atau warga yang masuk ke rumah sakit kemudian terdeteksi akibat DBD tercatat 3.739 kasus.

Secara rinci ia menyatakan, Kabupaten Bantul merupakan peringkat tertinggi DBD dengan mencapai1.258 kasus hingga pertengahan 2016 dengan satu korban meninggal. Disusul Kota Jogja dengan 1.014 kasus dengan lima korban meninggal dunia. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul terdapat 700 kasus dan tiga korban meninggal. Kemudian Sleman menjadi kabupaten terbanyak korban meninggal sebanyak tujuh pasien DBD dari total 611 kasus. “Untuk Kabupaten Kulonprogo ada 156 kasus dan empat korban meninggal dunia,” terangnya, Kamis (28/9/2016) kemarin

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastuti menambahkan, pihaknya sudah melaporkan ke DPRD DIY terkait kasus DBD di DIY dalam rapat efisiensi anggaran beberapa waktu lalu. Pasien penderita DBD rata-rata didominasi usia dewasa. “Dalam catatan kami, kasus tertinggi DBD di Kabupaten Bantul,” ujar dia.

Ia mengatakan, memasuki musim penghujan saat ini, DBD harus diwaspadai oleh masyarakat. Terutama dengan adanya cuaca ekstrim saat ini. Masyarakat diimbau untuk meningkatkan sikap PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Agar lingkungannya bersih dan stamina terjaga. Ia juga meminta kepada warga agar selalu rajin melakukan tindakan menguras bak mandi, mengubur barang bekas dan menutup tempat penampungan air. Ketiganya mutlak dilakukan karena fogging sebenarnya tidak menyelesaikan masalah. Pemberian fogging hanya untuk memberantas nyamuk dewasa saja sementara telurnya masih bisa berkembang biak.

“Itu [3M] harus dilakukan tidak bisa ditawar lagi, optimalkan dalam PHBS juga. Karena pasti masih banyak kantong pengembangbiakan jentik nyamuk,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya