SOLOPOS.COM - Petugas Puskesmas Ampel, Sugeng Priyanta (kanan), dan Camat Ampel, Suharto, memeriksa bak mandi warga di Dusun Karangnongko, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Rabu (10/2/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Demam berdarah Boyolali, sejak awal 2016, Kecamatan Ampel mencatat sebagai kecamatan tertinggi dengan jumlah penderita DBD.

Solopos.com, BOYOLALI–Kecamatan Ampel mencatat angka tertinggi kasus demam berdarah dengue (DBD) sepanjang awal 2016. Setidaknya, sudah ada 28 kasus DBD terjadi di wilayah Ampel. Beruntung, tidak ada korban meninggal dunia untuk kasus di Ampel. Sementara itu, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, puncak kasus DBD di Boyolali terjadi pada pekan ketiga Januari. Pekan pertama Januari ada 12 kasus, pekan kedua ada 19 kasus, pekan ketiga sebanyak 53 kasus, pekan keempat hingga awal Februari sudah ada 41 kasus.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dari 28 kasus penderita DBD di Ampel, satu diantaranya mengalami syok namun masih bisa diselamatkan. Tingginya kasus DBD di Ampel mendorong warga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak di semua desa, Rabu (10/2/2016).

Salah satunya di Dusun Karangnongko, Desa Urutsewu. PSN dilakukan dengan membersihkan lingkungan, selokan, saluran air, dan membersihkan tempat-tempat yang menimbulkan genangan air. Petugas juga memantau bak-bak penampungan air milik warga untuk mendeteksi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.

“Pemberantasan sarang nyamuk DBD harus dilakukan secara berkelompok atau serentak, tidak bisa sendiri-sendiri karena siklus hidup nyamuk hanya 10 hari,” kata Plt. Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S.Lina, saat ditemui Solopos.com di sela-sela PSN di Urutsewu, Rabu.

Selain itu, daya jelajah nyamuk mencapai radius 200 meter dari tempat bersarang. Oleh karena itu, dengan aksi PSN serentak harapannya mengurangi potensi terjangkitnya penyakit DBD.

Ratri meminta gerakan PSN tidak berhenti saat ada kasus DBD. Namun harus dijadikan kebiasaan dan rutinitas warga. “Akan kami upayakan pemberdayaan masyarakat untuk menghidupkan lagi budaya gotong royong. Memang dengan modernisasi, masyarakat telah diingatkan dengan munculnya penyakit salah satunya DBD.”

Ada beberapa hal atau kebiasaan yang berpotensi memunculkan tempat-tempat sarang jentik nyamuk namun sering dilupakan oleh masyarakat. Misalnya, tempat minum burung. Biasanya, pehobi burung jarang membersihkan tempat minum burung dan hanya menambah air.

“Tempat minum burung ini bisa jadi sarang nyamuk. Kemudian, bawah dispenser biasanya ada tempat untuk menampung tetesan air, ini juga harus rutin dibersihkan karena juga berpotensi jadi sarang jentik nyamuk.”

Begitu pula di lokasi proyek pembangunan gedung atau kantor. “Banyak alat kerja yang menampung sisa air hujan. Biasanya pekerja hanya meletakan begitu saja tanpa dibereskan, kalau dibiarkan, setelah tujuh hari bisa jadi sarang nyamuk.”

Camat Ampel, Suharto, menyebutkan PSN serentak merupakan salah satu respons yang digagas masyarakat Ampel untuk mengurangi kasus DBD. Di Urut Sewu, Camat meminta masyarakat selalu mengecek saluran air dan selokan di lingkungannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya