SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging atau pengasapan untuk memutus daur hidup nyamuk (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Demam berdarah di Boyolali kembali menelan korban jiwa.

Solopos.com, BOYOLALI — Boyolali masih harus waspada terhadap ancaman demam berdarah (DB). Kasus kematian akibat DB masih terjadi selama Februari 2015.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Seorang warga Desa Sobokerto, Ngemplak meninggal dunia akibat DB pada 13 Februari 2015 lalu, atau tak berselang lama setelah adanya kasus kematian akibat DB di Karanggeneng, Boyolali, pada 7 Februari 2015. Korban adalah perempuan berusia 34 tahun.

Ekspedisi Mudik 2024

Dari informasi yang diterima Solopos.com di Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Jumat (27/2/2015), dengan korban meninggal di Sobokerto, maka di awal 2015 kasus kematian akibat DB sudah mencapai empat kasus. “Jadi korban meninggal dua bulan terakhir sudah ada empat orang,” kata Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinkes Boyolali, Achmad Muzayyin, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat.

Dinkes juga mencatat dua pertama 2015 sudah ada 164 kasus DB, perinciannya 101 kasus di bulan Januari dan 63 kasus selama Februari 2015. Berdasar catatan Solopos.com, Kecamatan Ngemplak termasuk wilayah endemis DB selain Ampel, Boyolali Kota, Teras, Banyudono, Nogosari, dan Sambi.

Menurut Muzayyin, beberapa desa di Kecamatan Ngemplak mulai menyikapi puncak potensi terjangkitnya penyakit DB dengan menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). “Di Desa Sindon misalnya, belakang dibentuk kelompok petugas pemantau jentik. Mereka bersama warga kerja bhakti mengambil dan membuang barang-barang bekas, kaleng bekas yang menjadi tempat penampungan air liar,” imbuh dia.

Kelompok petugas pemantau jentik ini juga akan menggiatkan masyarakat untuk rutin menguras tempat penampungan air, karena disinilah jentik nyamuk berpotensi berkembang biak. Aktivitas fogging juga masih terus dilaksanakan. “Hari ini [kemarin] juga ada fogging di Teras.”

Seperti diberitakan sebelumnya, serangan DBD di Boyolali menunjukkan peningkatan tajam sejak awal tahun ini. Kasus kematian akibat DB sudah terjadi di Klego, Boyolali Kota, Mojosongo, dan terakhir di Ngemplak. Di Klego, Boyolali Kota, dan Mojosongo korban DB terjadi pada anak-anak.

Kasus DB di awal tahun ini meningkat tajam dibanding periode yang sama tahun lalu, yang hanya berkisar 50 kasus DB. Bahkan penyebaran kasus DB awal tahun ini meluas sampai di dua belas kecamatan. Sementara, tahun lalu penyebaran kasus DB hanya ada di tujuh kecamatan.

Meluasnya penyebaran kasus DB juga berdampak pada bertambahnya jumlah desa endemis demam berdarah dari tahun lalu yang hanya ada di 19 desa di 7 kecamatan, sekarang menjadi 36 desa di 12 kecamatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya