SOLOPOS.COM - Ilustrasi Corona (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, BOYOLALI — Persoalan data menjadi tantangan tersendiri tenaga kesehatan dalam penanganan Covid-19. Masalah pendataan bahkan disebut sebagai pandemi lain yang dihadapi tenaga kesehatan saat ini.

Saat ini upaya sinkronisasi data masih terus dilakukan. Sebab masing-masing instansi baik di tingkat kabupaten, provinsi hingga pusat menyajikan data. Sementara di masing-masing data tersebut memiliki selisih. Kapolres Boyolali, AKBP Morry Ermond, mengatakan saat ini baik Polres Boyolali, Kodim Boyolali dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali, sedang berupaya menyamakan data penanganan Covid-19 yang dilakukan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sebab kami melihat antara data provinsi dan data kabupaten terjadi delay. Untuk detailnya bisa langsung kepada Dinas Kesehatan. Namun yang jelas kami tiga pilar di Kabupaten Boyolali berusaha semaksimal mungkin menyamakan data sehingga tidak terjadi lagi delay. Ini penting agar keputusan yang diambil baik pemerintah pusat maupun Pemda tidak salah,” kata dia, Sabtu (28/8/2021).

Baca juga: Belasan Orang Jadi Korban Penipuan Arisan Online di Boyolali, Kerugian Ratusan Juta Rupiah

Dia menyebutkan, berdasarkan data per 27 Agustus 2021, kasus konfirmasi positif Covid-19 sudah mengalami penurunan cukup signifikan. Untuk kasus aktif yang tercatat tinggal sekitar 439 kasus.

“Data ini sangat berbeda jika dibandingkan data provinsi. Selisih ini sedang coba kami sinkronkan. Data delay antara data di coronajateng [https://corona.jatengprov.go.id] yang terkonfirmasi itu 22.095 kasus dan di Boyolali 23.977 kasus, dengan selisih terkonfirmasi 1.882 kasus, cukup tinggi,” kata dia.

Pemahaman Terhadap Teknologi Informasi

Sementara itu Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Insan Adi Asmono, mengatakan delay data menjadi persoalan tersendiri dari penanganan Covid-19.

“Itu pekerjaan terpisah lagi yang kami tangani. Kami tidak ingin para pelaku kesehatan di lapangan terbebani atas delay data. Masalah delay data kami ambil alih di Dinkes [Dinas Kesehatan],” kata dia, Sabtu.

Baca juga: Polres Boyolali Sosialisasikan PeduliLindungi Kepada Pengguna Jalan

Sebelumnya, Insan mengatakan bagi tenaga kesehatan di lapangan, ada dua pandemi yang dihadapi.

“Pertama pandemi Covid-19, kedua pandemi data. Selain menjalankan tugas penanganan Covid-19, seperti tracking, testing, treatment, dropping obat, dan sebagainya, masih dihadapkan dengan pendataan,” jelas dia. Menurut Insan, sebenarnya tidak ada masalah dengan data yang ada di daerah.

Persoalannya adalah mengenai pemahaman terhadap teknologi informasi untuk menyajikan data. Masing-masing instansi hingga tingkat pusat menyajikan data, namun tidak sinkron.

“Kemudian yang menyinkronkan akhirnya dipaksa kami lagi di lapangan. Saat ini di tengah majunya teknologi, mengirim data justru tidak mudah. Maunya diinput satu-satu. Padahal data Excel sudah lengkap,” jelas dia.

Baca juga: Boyolali Kejar Target Suntikkan 10.000 Dosis Vaksin Covid-19 Per Hari

Petugas di lapangan harus mengunggah data setiap kasus Covid-19 ke setiap aplikasi yang ada. Sebab data yang ada di aplikasi tingkat kabupaten, tidak bisa begitu saja ditarik ke aplikasi lain, yang dikelola pemerintah provinsi misalnya.

Menurutnya kalau saja masing-masing instansi bisa menerima laporan dari daerah berupa data Excel, kemudian masing-masing pihak mengunggah ke aplikasinya berdasar data Excel tersebut, akan lebih memudahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya