Palu– Sebanyak delapan warga negara asing (WNA) berkebangsaan Filipina yang terdampar di perairan laut Sulawesi mulai dipindahkan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Sebelumnya delapan korban yang selamat tersebut dirawat di Puskesmas Ogotua, Kecamatan Dampal Utara. Tiga korban lainnya yang meninggal telah dikebumikan Minggu (1/11) sore.
Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024
“Korban yang selamat sekarang sedang diantar ke Rumah Sakit Umum Tolitoli dan kemungkinan tiba dari Ogotua sore ini,” kata Kabid Penanganan Konflik dan Pengkajian Masalah Strategis pada Badan Kesbanglinmas Kabupaten Tolitoli, Kaharuddin, Senin (2/11).
Kaharuddin mengatakan, korban saat ini masih membutuhkan perawatan intensif karena tiga anak-anak dan satu orang tua masih dalam kondisi sakit. Para korban masih harus dirawat lagi hingga kondisinya benar-benar pulih. “Waktu pemulangan delapan korban tersebut belum dapat dipastikan karena masih harus menunggu pemulihan kondisi kesehatan para korban,” katanya.
Kasi Statuskim Imigrasi Palu, Dewo Murdono mengatakan pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan jajaran Polres Tolitoli. Sesuai aturan, jika ada orang asing yang terdampar, maka setelah mereka menjalani proses pemeriksaan petugas kepolisian, baru diserahkan kepada Imigrasi.
11 warga Filipina yang terdampar di perairan Tolitoli, pertama kali ditemukan kapal nelayan lalu dievakuasi ke daratan bersama kapal cepat (speedboat) yang mereka gunakan. Tiga diantara korban tersebut ditemukan sudah meninggal dunia.
Kedelapan korban yang selamat tersebut adalah Abd Siman bin Abbani (34), Hiya B Jaini (40), Naslin (6), Rosima (3), Ronal Bin Karsa (39 , Bapak dari korban Jonathan), Ema Bin Karsa, Jasmin Roy (5) , kakak dari Jonathan), dan Sapil bin Mahmud (40 ) dan nakhoda kapal.
Sekcam Dampal Utara, Ilham mengatakan, berdasarkan hasil introgasi yang dilakukan pihaknya diketahui bahwa warga Filipina tersebut berangkat dari Malaysia menuju pulau Tawe-tawe, Filipina. Mereka merupakan pekerja ilegal di sebuah perusahaan sawit di Malaysia. Sebelum terdampar, speedboat yang mereka tumpangi sempat menghindari kejaran polisi Malaysia hingga akhirnya kehabisan bahan bakar minyak (BBM).
ant/isw