SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)–Memasuki musim kemarau, ada delapan kecamatan yang diwaspadai kekurangan ketersediaan air. Untuk mengantisipasinya, 1050 tangki air telah dipersiapkan.

Menurut Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kabupaten Wonogiri, Margono, setiap tahun sedikitnya ada lima hingga delapan kecamatan yang meminta tambahan alokasi air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia mengatakan, tahun lalu permintaan tambahan air berkisar pada bulan Juni hingga Agustus, namun karena curah hujan masih tinggi pihaknya belum menerima laporan penambahan pasokan air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Belum ada laporan mengenai kekurangan pasokan air, tahun lalu pada periode Juni hingga Agustus sejumlah kecamatan minta pasokan air,” jelas dia ketika dijumpai Espos, Jumat (5/6) di ruang kerjanya.

Dia mengatakan, di antara delapan kecamatan tersebut, ada lima daerah yang setiap tahun mengalami kekeringan yakni Paranggupito, Giriwoyo, Giritontro, Eromoko dan Pracimantoro. Sementara tiga daerah lainnya Manyaran, Nguntoronadi dan Batuwarno, sambung dia, selama dua tahun meminta alokasi tambahan air.

“Karena curah hujan pada bulan Juni masih tinggi, kemungkinan musim kemarau diperkirakan dua bulan mendatang yakni Juli dan Agustus,” jelasnya.

Karena beberapa daerah tersebut mengalami kekurangan air setiap tahunnya, tambah dia, pihaknya menyiapkan 1050 tangki air untuk mengantisipasi. Menurutnya, ada dua kecamatan yakni Paranggupito, Pracimantoro dan Giritontro yang membutuhkan alokasi lebih karena hampir seluruh desa mengalami kesulitan air.

“Untuk di Pracimantoro kurang lebih ada 10 desa yang mengalami kesulitan air,” paparnya.

Menurut Kepala Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito, Kurniawan, karena intensitas curah hujan masih tinggi, masyarakat memanfaatkan embung-embung penampungan air untuk persediaan. Dia mengatakan, berbeda dengan tahun sebelumnya selama tujuh bulan yakni dari periode Februari, seluruh desa mengalami kekurangan air.

“Masyarakat menampung air hujan di embung-embung untuk persediaan musim kemarau,” paparnya.

Sementara itu, tambah dia, curah hujan yang tinggi mengakibatkan petani yang telah memasuki masa panen palawija mengalami kendala karena kualitas hasil panen menurun.

m73

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya