SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setelah empat tahun menjalin kasih, GKR Bendara mantap untuk melanjutkan jenjang hubungan lebih serius dengan KPH Yudanegara. Setelah dibicarakan serius berdua, masing-masing kemudian membicarakan langkah serius kepada keluaga.
   
Kesepakatan keduanya kemudian dilanjutkan dengan proses lamaran Yudanegara ke Bendara yang dilaksanakan pada tahun lalu.
    
Mengenai kisah lamaran, Yudanegara awalnya cukup canggung harus masuk ke lingkungan Keraton dengan segala adat istiadatnya. Apalagi latar belakang tradisi dan budaya keluarganya berbeda, tradisi Jawa yang halus dan tradisi Sumatera (Lampung) yang cenderung ceplas-ceplos.
    
Namun, kemantapan hati tak bisa membendung keinginannya untuk meminang putri Keraton itu. Sesuai waktu yang telah disepakati kedua keluarga, Yudanegara beserta keluarga kemudian berkunjung ke keluarga Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Kilen untuk melamar Bendara.
   
Saat itu, hari yang dipilih untuk melamar pujaan hati bertepatan dengan ulang tahun ke-24 putri bungsu Sultan dan GKR Hemas itu.
    
”Lamaran dilakukan pada 18 September 2010, saya datang dengan keluarga dan proses lamaran diwakili Pak Tursandi Alwi, dulu atasan saya yang sudah seperti ayah sendiri. Lamaran bertepatan dengan ulang tahun Jeng Reni (sapaan akrab Bendara), moment yang spesial,” kata Yudanegera mengenang kisah lamaran kala itu.
    
Kedatangan Yudanegara untuk melamar didampingi ibunda, Nurbaiti Helmi beserta beberapa kakak-kakaknya. Selain keluarga inti, Yudanegara secara khusus memang didampingi Tursandi Alwi yang sempat menjadi atasan Yudanegara di awal karier di Lampung hingga berkantor di sekretariat wakil presiden. Dengan Tursandi Alwi, Yudanegara telah menganggap keluarga dimana kisah asmara dengan Bendara juga mendapat restu darinya.
 
Lamaran
Bercerita singkat mengenai lamaran setahun lalu, Bendara mengatakan lamaran dilakukan sesuai adat Keraton. Saat lamaran berlangsung, Bendara tidak diperkenankan hadir dalam ruangan. Meski diakui prosesi adat sebagai bagian dari formalitas, namun kala itu Bendara tetap merasa deg-degan dan tidak tenang.
    
”Saat itu saya mengintip dari balik pintu sambil deg-degan. Apalagi, saya lihat wajah Ubay nampak gugup juga hehehe,“ kenang finalis Miss Indonesia 2009 itu.
    
Dikatakan Bendara, menurut adat Keraton, dalam proses lamaran, Ngersa Dalem atau ayahanda Bendara baru akan menjawab lamaran beberapa hari setelahnya. Meski demikian, perasaannya plong ketika akhir prosesi berjalan lancar. ”Saya sudah lega setelah acara berakhir dengan lancar,” tuturnya.
    
Segera setelah jawaban lamaran disampaikan, kerabat Keraton segera mengadakan pertemuan untuk menentukan tanggal pernikahan. Disamping itu, kepanitiaan segera dibentuk dengan penanggung jawab GKR Hemas.
    
Di luar rencana-rencana yang dilakukan kepanitiaan, Bendara dan Yudanegara juga mulai membuat persiapan, termasuk memesan busana, mempersiapkan undangan, suvenir dan beberapa materi lainnya.
   
Sebagai putri Keraton Jogja, Bendara secara pribadi berharap acara pernikahannya akan menjadi catatan indah sebagai peristiwa budaya yang masih dilanggengkan.
 
Pernah berkunjung
Sebelum kedatangan keluarga Yudanegera untuk melamar, keluarga calon besan Keraton itu sempat berkunjung ke Keraton Jogja untuk silaturahmi.    

Bendara mengaku, sebelum keluarga Yudanegara datang untuk proses lamaran, ia dan keluarga Keraton sempat mengundang keluarga Yudanegara untuk hadir dalam pernikahan kakak ketiganya, GKR Maduretno yang menikah dengan KPH Purbodiningrat pada April 2009.
    
“Sebelumnya, keluarga sudah pernah datang ke sini (Keraton) waktu pernikahan kakak saya, Mbak Dewi (GKR Maduretno), pada 2009. Selain untuk kenalkan adat juga memberi gambaran bagaimana kelak jika saya dan Ubay menjalani pernikahan tradisi,” cerita Bendara.
    
Undangan kepada keluarga kekasihnya kala itu menurut Bendara dilakukan sembari memperkenalkan upacara adat Keraton dan adat Jawa pada umumnya.     Disamping itu, kesempatan tersebut sekaligus menegaskan bahwa hubungan Bendara dan Yudanegara telah dirancang lebih serius ke tahap pernikahan.
    
Dengan penghitungan adat Jawa, pernikahan akhirnya dipilih pada hari Selasa 18 Oktober 2011.    

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

”Tanggal lahir saya dan Ubay dijadikan satu dan berdasarkan hitungan Jawa, pernikahan jatuh pada hari Selasa,” terang Bendara.(Wartawan Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)

Ekspedisi Mudik 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya