SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (kiri) serta Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meninjau jalan tol Semarang-Solo, wilayah Tuntang, Kabupaten Semarang, Jateng, Jumat (17/2/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Menteri Keuangan memprediksi defisi anggaran APBN-P 2017 diprediksi melebar hingga 2,6%.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah memproyeksikan defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Perubahan 2017 bakal melebar hingga 2,6%. Pelebaran defisit tersebut bakal terjadi seiring resiko shortfall penerimaan dan pembengkakan anggaran.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan risiko shortfall penerimaan tahun ini mencapai Rp50 triliun dan pembengkakan anggaran senilai Rp10 triliun. Pembengkakan anggaran itu salah satunya dikarenakan kebutuhan anggaran untuk sejumlah kegiatan salah satunya Sea Games yang anggarannya mesti dialokasikan tahun ini.

“Kami akan tetap jaga defisit di bawah 3%. Awal tahun kemarin defisit 2,41% mungkin akan sedikit pelebaran 2,6% karena ada perubahan-perubahan,” kata Sri Mulyani, Senin (19/6/2017).

Bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan pemerintah akan menghitung semua sektor untuk mendapatkan postur belanja yang mendesak. Namun pada saat bersamaan mereka juga akan menjaga subsidi supaya tidak menganggu kelanjutan daya beli masyarakat.

Di samping itu, untuk memaksimalkan penerimaan pajak, pemerintah melalui otoritas pajak juga akan menyisir sejumlah sektor yang selama in belum tergarap potensi perpajakannya. Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah sangat serius untuk memperbanyak basis data untuk menggali potensi perpajakan.

“Kami akan memperbaiki basis daya agar potensi-potensi pajak yang telah diidentifikasi benar-benar kita enforce,” jelasnya.

Adapun soal risiko shortfall tersebut pemerintah mengakui bahwa kinerja penerimaan perpajakan tahun ini penuh tantangan. Pasalnya, hingga akhir Mei 2017, realisasi penerimaan khususnya di sektorpenerimaan perpajakan (termasuk PPh Migas dan Bea Cukai) masih berada di kisaran Rp463,5 triliun atau 30,9%.

Selain realisasi penerimaan yang masih 30,9%, penerimaan pajak semester II pemerintah mesti bekerja ekstra keras. Sebab, tahun lalu penerimaan pajak semester dua ditopang realisasi pengampunan pajak atau tax amnesty. Sedangkan tahun ini praktis belum ada potensi jangka pendek yang bisa menyelamatkan penerimaan pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya