SOLOPOS.COM - Jokowi (JIBI/Bisnis/dok)

Solopos.com, JAKARTA — Kedua pasangan capres-cawapres dihadapkan pada krisis energi di Indonesia. Hatta Rajasa menekankan insentif bagi BUMN migas untuk melakukan diversifikasi energi. Sedangkan Jokowi menyindir insentif yang selama ini hanya diberikan untuk impor BBM dan bukan untuk eksplorasi sumber energi baru.

Hatta Rajasa yang selama ini kerap dikritik soal kebijakan energi di masa pemerintahan SBY, berupaya meyakinkan publik untuk mendorong eksplorasi cadangan minyak dan gas baru. Seperti diberitakan sebelumnya, muncul dugaan ada upaya untuk mempersulit eksplorasi cadangan minyak baru dan kesengajaan untuk membuat ketergantungan BBM impor.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

“Pertama, menghormati kontrak luar negeri soal tambang, tapi kita upayakan renegosiasi kita upayakan energi kita sustain. Kita meningkatkan cadangan, kita tingkatkan eksplorasi,” kata Hatta Rajasa dalam debat capres-cawapres, Sabtu (5/7/2014).

Sedangkan Jokowi menekankan rencana kebijakan jangka pendek soal dikonversi energi dari BBM ke gas. Hal itu dinilainya bisa mengurangi beban APBN. Jokowi juga menekankan infrastruktur seperti pembangunan kilang dan pemipaan yang harus ditambah.

“Infrastruktur, pemipaan harus diperbaiki, ini bisa diselesaikan dalam waktu 3 tahun. Selain itu,
transportasi publik harus dikerjakan secara baik di kota-kota besar, agar energi yang ada bisa dipakai seefisien mungkin,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan akan memberi perhatian pada riset untuk penemuan sumber energi baru dengan memberikan insentif. “Jangan hanya memberi insentif untuk impor tapi tidak untuk energi terbarukan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya