SOLOPOS.COM - Pasangan Capres Cawapres Nomor urut 2 Joko Widodo (tengah) bersalaman dengan Pasangan Capres Nomor urut 1 Prabowo Subianto (kedua kiri) disaksikan Pasangan Cawapres Nomor urut 2 Hatta Rajasa (kiri) dan pasangan Cawapres nomor 2 Jusuf Kalla sebelum mengikuti debat final Capres Cawapres di Jakarta, Sabtu (5/7/2014) malam. Debat final tersebut mengangkat tema mengenai pangan, energi dan lingkungan. (Rahmatullah/JBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Hasil debat capres 2014 Sabtu (6/7/2014) malam dikomentasi oleh sejumlah pengamat. (Baca Ini Penilaian Pengamat)

Acara debat terakhir capres dan cawapres di Jakarta, Sabtu (5/7) malam berlangsung lebih panas dan menarik dibandingkan kegiatan serupa sebelumnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam acara yang dipandu moderator Rektor Universitas Diponegoro, (Undip), Semarang, Sudharto P. Hadi, kedua pasangan capres dan cawapres terlihat banyak melontarkan serangan kepada lawan mereka.

Hal ini dipuji oleh pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin. “Peran JK pada debat capres malam ini sangat baik. Dia mampu menutupi kekurangan Jokowi,” kata Said menanggapi debat capres terakhir, di Jakarta, Sabtu malam.

Menurut dia, debat kali ini adalah yang paling berimbang dibandingkan dengan debat-debat sebelumnya.

“Hanya bedanya, penguasaan materi debat yang tidak merata. Pada pasangan nomor satu, baik Prabowo maupun Hatta sama-sama menguasai persoalan, sedangkan pada pasangan nomor urut dua, terlihat sekali JK lebih menguasai permasalahan dibandingkan dengan Jokowi,” kata Said.

Kedua pasangan, Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla, saling adu pendapat soal energi dan pangan. Dengan kostum khas masing-masing, yaitu Prabowo-Hatta dengan safari warna khaki dan peci hitam, serta Jokowi dengan motif kotak-kotak dan Kalla dengan kemeja putihnya, mereka berempat tampil lebih lepas dan santai.

Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjanjikan kedaulatan energi maupun pangan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

“Pasangan Prabowo-Hatta berkomitmen mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan energi,” kata calon wakil presiden Hatta Rajasa, pada giliran dia berbicara.

Diversifikasi

Sementara calon wakil presiden nomor urut 2, Jusuf Kalla, lebih menyoal diversifikasi produksi dan pasar produk pertanian. JK mengatakan, guna meningkatkan produksi pangan sekaligus kesejahteraan petani. Misalnya, sawit perlu dibuat industri hilir sehingga ada nilai tambah bagi petani maupun negara.

“Pemerintah juga perlu mencari peluang pasar dari produk-produk sawit, baik di luar negeri maupun di dalam negeri,” katanya.

Dalam segmen tanya jawab antar capres-cawapres, Jusuf Kalla menanyai maksud pernyataan capres nomor urut 1 Prabowo Subianto dalam kampanyenya yang menyinggung “hati-hati dengan maling di pihak yang lain”.

“Karena di pidato bapak, bapak bilang ada pihak. Sementara kita hanya dua pihak. Nah kalau di pihak kita tidak ada, sudah ada di KPK yang korupsi haji, korupsi sapi, korupsi hutan,” kata JK

Prabowo menjawab sentilan JK dengan mengatakan pasti setiap bangsa punya kelemahan, jangan pura-pura tidak lemah. Adapun dia berdalih ucapan tersebut untuk menjaga rakyat agar tidak larut dalam “budaya maling” yang banyak ditemui di lapangan.

“Pada demokrasi terjadi jual beri suara, saya tidak bilang di pihak saya tidak ada maling, siapa tau di pihak bapak juga ada. Maksud saya, menjaga rakyat untuk larut untuk tidak larut agar di lapangan tidak ada seperti itu,”jelasnya.

Impor Daging Sapi

Masalah impor daging sapi juga menjadi topik yang cukup panas. Capres nomor urut dua Joko Widodo menanyakan pendapat rivalnya Prabowo Subianto mengenai tingginya harga daging sapi menjelang Lebaran.

Prabowo menjawab bahwa masalah kenaikan pangan sebelum puasa selalu menjadi masalah yang harus dipenuhi kebutuhannya. Cara ke depannya, Indonesia perlu memperhatikan kapasitas jumlah ternak di Indonesia, menambah pengusaha serta memperlancar distribusi sapi.

“Tapi, kadang-kadang mendatangkan sapi dari NTB lebih susah dari Australia. Makanya ini tantangan kita untuk memperlancar di segala bidang. Perlu pendekatan komperhensif dengan memeprbaiki tata kelola dari hulu sampai hilir,”jawabnya.

Sementara itu, Jokowi menanggapi dengan memberikan strategi jangka panjang untuk mengatasi perihal impor sapi ini. Menurutnya, ini harus dilakukan desa ke desa untuk mengetahui suplai sapi cukup.

Selain itu, menurutnya kotoran sapi dapat dikembangkan lagi menjadi pupuk, yang dapat membuat dua keuntungan sekaligus dalam memperbaiki sistem kelola sapi lokal.

“Kami inginkan pada jangka panjang kita punya stok sapi yang yang diperlukan untuk menyuplai kebutuhan daging sampi, jangan sampai impor hanya alasan tidak cukup, kalau masalah 5-6 tahun akan kita atasi dengan cara ini,” kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, bahwa impor boleh saja dilakukan, tapi harus dilihat manfaat dan keuntungan dari impor itu sendiri yang jangan sampai jadi tidak menguntungkan untuk bangsa.



“Impor silahkan, tapi jangan dalam bentuk daging has, tapi dalam karkas. Karena disini harganya akan macem-macem, tukang baso dapat hidup dengan cara karkas seperti ini, tidak harus beli Rp120.000, harga Rp30.000, Rp45.000 juga dapat,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya