SOLOPOS.COM - Petugas mem-fogging rumah warga di Bulusari, Bulusulur, Wonogiri, Jumat (12/1/2018). (Istimewa)

DBD di Wonogiri wajib diwaspadai.

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Wonogiri diminta memberantas sarang nyamuk secara rutin di lingkungan rumah maupun sekitarnya untuk memutus rantai kehidupan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Upaya pencegahan DBD awal tahun ini harus lebih ditingkatkan. Januari-Februari merupakan puncak terjadinya kasus. Informasi yang dihimpun Solopos.com dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Jumat (12/1/2018), Januari ini tercatat ada satu kasus DBD dan penderita bersangkutan meninggal dunia, yakni Eko Susanto, warga Bulusari, Bulusulur, Kecamatan Wonogiri. Dia merupakan anggota Polres Wonogiri berpangkat aiptu.

Kepala Dinkes Wonogiri, Adhi Dharma, kepada Espos mengatakan warga sebaiknya mengintensifkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, memanfaatkan barang bekas yang berpotensi dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, dan sebagainya.

Langkah itu mestinya tidak hanya dilakukan di rumah, tetapi juga di lingkungan sekitar, seperti kebun atau lahan kosong. PSN butuh kesadaran pribadi dan kolektif. Jika tidak, PSN tidak bisa berkelanjutan.

Di lingkungan rumah tempat yang kerap luput dari pembersihan seperti pagar-pagar bambu. Pagar tersebut bisa terisi air saat hujan mengguyur, sehingga menjadi sarang nyamuk. Kebanyakan warga masih fokus pembersihan di bak mandi atau bak penampungan air.

“Lingkungan sekitar rumah juga sering terlupakan. Lahan kosong misalnya. Di tempat itu banyak tidak menutup kemungkinan ada kaleng-kaleng bekas atau blumbangan. Kalau hujan kaleng/blumbangan terisi air sehingga bisa menjadi sarang nyamuk,” kata Adhi saat dihubungi Espos.

Berdasar pantauannya, di beberapa wilayah masih terdapat tempat usaha tambal ban yang menumpuk ban bekas di tempat terbuka. Padahal, ban-ban tersebut berpotensi menjadi sarang nyamuk karena ruang dalam ban tergenangi air hujan.

Ruang Terbuka

Adhi meminta pelaku usaha tambal ban tidak menumpuk ban bekas di ruang terbuka agar tidak kehujanan. Jika memiliki ban bekas sebaiknya disimpang di tempat tertutup untuk memastikan ban tidak terisi air.

“Di awal tahun ini sudah ada kasus DBD dan penderitanya meninggal dunia. Ini menjadi pengingat untuk mengintensifkan PSN. Terlebih, Januari-Februari puncak kasus DBD. PSN harus rutin, setidaknya sepekan sekali,” imbuh Adhi.

Disinggung langkah Dinkes setelah ada kasus penderita DBD meninggal dunia, dia menyampaikan pihaknya sudah mem-fogging kawasan sekitar tempat tinggal mendiang Eko. Selain itu petugas dari Puskesmas Wonogiri I sudah memberi penyuluhan keliling kepada warga sekitar agar menggiatkan PSN untuk memutus siklus nyamuk aedes aegypti. Adhi menjelaskan fogging tidak bisa menyelesaikan masalah karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Upaya yang paling tepat adalah PSN.

Kepala Puskesmas Wonogiri I, Pitut, kepada wartawan menginformasikan Bulusulur endemik DBD, tetapi dua tahun terahir tak ditemukan kasus DBD. Selama ini puskesmas bersama pihak desa aktif menggelar PSN.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya