SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI — Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mengganas di Wonogiri pada semester pertama 2022. Selama kurun waktu tersebut, terdapat dua orang meninggal dunia dan 76 orang terjangkit DBD.

Berdasarkan data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, angka kasus tersebut menjadi yang terbanyak selama empat tahun terakhir atau sejak 2018. Pada 2018, kasus penyakit DBD tercatat sebanyak 24 kasus dan tiga di antaranya meninggal dunia. Pada 2019, kasus DBD meningkat menjadi 59 dan dua di antaranya meninggal dunia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada 2020, kasus yang ditemukan sebanyak 27 dan tidak ada pasien meninggal dunia. Pada 2021, tercatat ada 39 kasus dan lima di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, baru pada Januari-Juni 2022 kasus DBD meningkat hampir 100 persen dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 76 kasus dengan dua di antaranya meninggal dunia. Kecamatan Wonogiri menjadi penyumbang kasus terbanyak dengan 12 kasus. Dua kasus meninggal juga terjadi di Kecamatan Wonogiri.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Wonogiri, Satyawati Prawirohardjo, mengatakan kenaikan kasus penyakit DBD pada semester I 2022  tidak hanya terjadi di Wonogiri tetapi mencakup skala nasional.

Baca Juga: Ngeri! 4 Kecamatan di Wonogiri Ini Jadi Sasaran Teror Hewan Misterius

Terdapat tiga penyebab kenaikan DBD. Pertama, iklim tahun ini memungkinkan nyamuk dapat berkembang biak dengan baik. Kedua, ketika wabah Covid-19 masih tinggi, orang dengan gejala DBD dilakukan swab kemudian terdiagnosa postif Covid-19. Sehingga kasus tersebut tidak tercatat sebagai kasus penyakit DBD.

Ketiga, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hampir tidak dilakukan selama pandemi Covid-19. Akibatnya sarang nyamuk muncul di sekitar rumah tanpa disadari.

“Guna mencegah agar tidak terjangkit DBD, masyarakat harus kembali menggalakkan PSN secara serentak. Selain itu, perilaku hidup sehat bersih dan sehat harus tetap diterapkan,” kata Satyawati saat dihubungi Solopos,com, Senin (8/8/2022).

Dia menjelaskan kegiatan PSN dilakukan dengan menguras air, menutup air, memanfaatkan atau mendau ulang barang bekas. Selain itu, melakukan ikanisasi pada kolam bak atau kolam air, memakai kelambu, dan menggunakan losion antinyamuk.

Baca Juga: Memasuki Musim Hujan, Waspadai Penyakit Ini di Wonogiri

“Hal itu biasa disebut PSN 3M,” ucap dia.

Penyakit DBD tidak bisa dianggap remeh. Hampir setiap tahun ada kasus kematian karena DBD. Penyakit ini bisa berbahaya apabila terlambat ditangani. Masyarakat perlu mendeteksi dini penyakit yang menular melalui nyamuk aedes aegypti ini.

“Kalau ada tanda-tanda seperti demam mendadak dengan suhu di atas 38 celcius, nyeri kepala, keluhan perut, ngilu persendian, malaise atau lemas, itu bisa diindikasikan DBD. Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat,” jelas Satyawati.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri sudah mengintervensi mencegah merebaknya DBD. Pemkab telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) menggalakkan kembali PSN serentak dan pemantauan jentik berkala. Terutama menjelang musim penghujan. Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik pun masih rutin dijalankan.

Baca Juga: Dear Wong Wonogiri, Waspada Demam Berdarah!

Namun demikian, kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya tindakan pencegahan penyakit DBD belum benar-benar terbangun. Sehingga pelaksanaan PSN 3M plus belum berjalan optimal.

Salah satu upaya pengendalian vektor nyamuk aedes aegypti adalah dengan cara fogging atau pengasapan. Hanya, tindakan tersebut tidak efektif mencegah penyakit DBD.

Fogging hanya bisa mematikan nyamuk dewasa. Sedangkan jentik-jentik nyamuk masih bisa berkembang bias menjadi dewasa. Apabila dilakukan terlalu sering, justru berpotensi membuat nyamuk dewasa menjadi kebal.

“Selain tidak efektif, tindakan fogging itu tidak ramah lingkungan karena menggunakan insektisida kimiawi. Hal itu dapat mencemari lingkungan,” imbuh Satyawati.

Baca Juga: Nestapa Tinggal di Pinggiran Wonogiri, Distribusi Bantuan Pangan Terkendala Sinyal

Salah satu warga di Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, Intan, menuturkan sudah sering melakukan tindakan pencegahan penyakit DBD. Setiap hari dia terus memantau bak air mandi dan rutin menguras bak air. Dia juga memastikan tidak ada genangan air di sekitar rumahnya.

“Kalau memakai kelambu di tempat tidur sih enggak. Tapi saya rutin membersihkan tempat-tempat yang berpotensi jadi sarang nyamuk seperti di gudang. Selain itu, bak-bak air juga saya cek secara rutin biar enggak ada jentik-jentiknya,” kata Intan saat ditemui di rumahnya, Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya