SOLOPOS.COM - Hasil produksi dawet okra di Sragen. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Berangkat dari tidak disukainya jenis sayuran ini, Surini mengolah sayuran berlendir ini menjadi dawet. Minuman manis dari okra ini menjadi salah satu pilihan oleh-oleh khas Sragen.

“Biasanya okra ini dimasak sebagai sayur, namun karena teksturnya berlendir kebanyakan orang jadi tidak suka. Kalaupun dimakan dijadikan lalapan dan dimakan mentah,” ungkap Rini sapaan akrabnya saat ditemui Solopos.com di tokonya pada Kamis (11/8/2022)

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Rini adalah Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Sasmito Tani di Dukuh Mayah RT 23, Desa Bendo, Kecamatan Sukodono, Sragen.

Terdapat 60 orang yang tergabung dalam KWT ini. Mereka mulai merintis produksi dawet okra ini mulai dari 2015.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Kenapa Orang Solo Doyan Makan Sate Kambing & Tengkleng?

“Dulu di sepanjang rumah di Dukuh Mayah ini, setiap depan rumah menanam sayuran di polibag. Karena dapat bantuan benih sayuran dari dinas pertanian. Biasanya sayuran tersebut dikonsumsi sendiri ataupun langsung dijual, salah satunya okra,” tambah Rini.

Solopos.com berkesempatan mencicipi dawet okra tersebut. Tidak seperti mengonsumsi sayuran, tipikal rasa manis dan kenyal menjadi sensasi tersendiri dalam dawet okra tersebut. Warna kuning keemasan dari dawet okra juga menambah daya tarik.

Rini mengaku bahan baku yang ia butuhkan berasal dari warga sekitar, dengan harga Rp20.000 per kilogram untuk sayur okra. Kemudian ketika sudah menjadi dawet, satu botol dengan 330ml dijual dengan harga Rp5.000 per botol.

Dalam satu hari bisa memproduksi rata-rata 50 botol dengan 50 kilogram okra per bulan.

Baca Juga: Ini Dia Kuliner yang Bisa Anda Coba Saat ke Gunung Kemukus Sragen

Namun, Rini mengaku juga memproduksi berdasarkan pesanan. Pesanan yang datang tidak hanya dari wilayah Kabupaten Sragen, tetapi dari Jakarta, Kalimantan, dan lainnya.

Selain memenuhi pesanan dawet okra, Rini juga menjual okra yang belum diolah menjadi dawet. Jadi hanya okra yang sudah diblender, ia jual seharga Rp4.000 per botol.

Tidak ada tambahan gula, sehingga pesanan khusus ini datang biasanya dari orang yang ingin menjaga kesehatan. Karena tidak ada tambahan gula, tentu rasanya tidak manis, dan tekstur kenyal yang tidak terasa saat meminumnya.

Proses pembuatan dawet okra ini dimulai dengan memetik okra yang sudah cukup umur, namun tidak terlalu tua sehingga okra tidak terlalu keras ketika diolah.

Baca Juga: Berdiri Sejak 1995, Warung di Alas Karet Kedawung Sragen Tetap Eksis

Okra yang sudah dipetik kemudian dicuci dahulu untuk menghilangkan glugut tersebut, kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil untuk diblender. Dalam proses ini sudah terlihat lendir yang keluar dari okra tersebut yang cukup banyak.

Adonan okra tersebut kemudian disaring untuk memisahkan antara ampas dan sari patinya. Kemudian untuk memasak diperlukan gula yang sudah dicairkan, gula yang dipakai adalah gula batu dan gula aren, sebelum digunakan adonan cair gula tersebut disaring terlebih dahulu. Serta tambahan agar-agar. Perbandingan yang digunakan 1:1:1.

“Adonan gula dan agar-agar dimasak terlebih dahulu, ditunggu hingga mendidih kemudian dimasukan okra yang sudah diblender tadi. Tidak perlu waktu lama hingga masak, kurang dari 30 menit. Setelah masak, dituang ke baskom hingga dingin dan mengeras. Kemudian bisa dicetak dan siap dikemas,” terang Surayem salah satu anggota KWT Sasmito Tani.

Untuk ketahanan produk, dalam suhu ruangan dawet okra bisa disimpan satu hingga dua hari. Dalam penyimpanan di kulkas tahan hingga satu pekan, dan ketika disimpan dalam freezer bisa tahan hingga berbulan-bulan.

Baca Juga: Meriah! Ratusan Orang Kunjungi Bedoro Festival Fair Sambungmacan Sragen

Tanaman okra sendiri mulai berbuah dalam waktu tiga bulan ditanam, dan panen buahnya sekitar satu hingga dua pekan. Tidak ada perawatan khusus untuk tanaman okra ini, hanya pupuk kandang dan penyiraman setiap harinya.

Selain dawet okra, Rini juga memproduksi dawet kelor dengan proses pembuatan yang hampir sama. Tapi warna yang dihasilkan berbeda, hijau pekat menjadi ciri khasnya. Aneka keripik juga diproduksi oleh Rini, yaitu keripik singkong, keripik pisang, keripik nangka, keripik jamur, dan lainnya.

KWT Sasmito Tani  juga pernah meraih juara I dalam kategori pelaku ketahanan pangan, Kelompok Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) tingkat provinisi pada 2015. Memperoleh Piagam Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara. Sebelumnya pada 2014 memperoleh juara II.

Berdasarkan laman halodoc.com, dalam adrtikel yang terbit pada 19 Maret 2020, manfaat rutin dari mengonsumsi okra adalah:



-menurunkan kadar gula darah

-menurunkan kolesterol

-mencegah osteoporosis

-kaya antioksidan

-kandungan antikanker

-baik untuk ibu hamil

-menyehatkan pencernaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya