SOLOPOS.COM - Penjual dawet jabung menyerahkan mangkuk dengan alas lepek ke penjual Senin (11/7/2022). (Solopos.com/Ronaa Nisa’us Sholikhah)

Solopos.com, PONOROGO — Anda penggemar dawet? Pasti pernah mendengar atau malah sudah mencicipi salah satu kuliner khas Dawet Jabung Ponorogo di Jawa Timur.

Nah, pasti Anda juga pernah mendengar mitos Dawet Jabung Ponorogo. Anda tidak boleh mengambil lepek saat penjual menyuguhkan semangkuk Dawet Jabung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ternyata, penjual Dawet Jabung Ponorogo masih memegang tradisi tersebut hingga saat ini. Konon, jika pembeli mengambil lepek Dawet Jabung Ponorogo, artinya dia menyukai penjual dawet jabung tersebut.

Selama ini penjual Dawet Jabung Ponorogo tidak pernah memberikan lepek tersebut kepada pembeli. Si pembeli hanya diminta mengambil mangkuk isi Dawet Jabung Ponorogo saja.

“Saya tidak mengetahui kebenarannya, tapi itu sudah jadi tradisi penjual Dawet Jabung di sini,” kata Mayasary, salah satu penjual dawet jabung di Kecamatan Mlarak, Ponorogo, Senin (11/7/2022).

Baca Juga : Mitos Penyajian Dawet Jabung Khas Ponorogo, Pembeli Diminta Menikahi Penjual

Maya, sapaan akrabnya, mengaku usaha Dawet Jabung sudah dijalankan turun-temurun. Kakeknya dulu berjualan tahun 1955 dengan memikul dan menjajakannya di jalanan atau ke sawah-sawah untuk para petani.

Pada tahun 1970, usaha itu turun ke ayahnya. Maya mengatakan kala itu sang ibu memasak Dawet Jabung dan ayahnya yang menjajakan dawet itu berkeliling. Baru pada tahun 2009 usaha itu dia lanjutkan.

“Soal lepek itu saya juga hanya meneruskan. Cerita yang beredar itu. Kenyataannya, saya tidak tahu,” ujarnya.

Maya mengatakan hampir selalu ada momen tarik menarik lepek antara dirinya dengan pembeli yang baru kali pertama mencicipi Dawet Jabung Ponorogo di warungnya. Sebab, mereka tidak mengetahui bahwa pembeli hanya boleh mengambil mangkuk dawet dan meninggalkan lepek.

Rata-rata orang luar kota yang ingin mencicipi Dawet Jabung khas Ponorogo dan belum mengetahui tradisi tersebut. “Kalau orang Ponorogo sudah hafal,” ungkapnya.

Baca Juga : Nikmatnya Dawet Legendaris Bu Matun Ponorogo, Harganya Rp1.500/Porsi

Karena sering tarik menarik dengan pembeli, Maya sempat mendapatkan saran dari pelanggan untuk menyediakan lepek terpisah. Pelanggan Maya beralasan tidak ingin ada momen tarik menarik lepek dengan penjual.

Namun, Maya enggan melakukan hal itu. Dia mengaku masih memegang tradisi itu. Maya menjawab bahwa Dawet Jabung Ponorogo tidak perlu pakai lepek karena makanan tersebut tidak disajikan dalam kondisi panas.

“Nanti kalau saya menyediakan lepek malah nyucinya lebih banyak,” ujar Maya terkekeh.

Simpang empat di Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur itu sentra dawet. Semua penjual Dawet Jabung masih melestarikan tradisi tersebut.

Maya mulai berjualan mulai pukul 08.30 WIB sampai 15.00 WIB. Dalam sehari, dia bisa menjual hingga lebih dari 100 mangkuk Dawet Jabung. Jika cuaca panas, pengunjung bakal lebih ramai. “Saya menjual satu mangkuk [Dawet Jabung Ponorogo] Rp4.000.”

Baca Juga : Kuliner Nasi Pecel Legendaris di Telaga Sarangan Magetan, Pernah Coba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya