SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (25/2/2021). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Kaum boro atau pemudik yang pulang ke Wonogiri didorong untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau faskes setempat. Hal itu merupakan strategi Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam menghadapi lonjakan pemudik pada Ramadan.

Dalan mengimplementasikan kebijakan itu, Pemkab Wonogiri meminta kepala desa untuk mendata, mengawasi dan memonitoring mobilitas kedatangan pemudik. Sehingga ketika pemudik tiba di kampung halaman bisa mudah didorong untuk melakukan screening di Puskesmas setempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengatakan pelarangan mudik tentu akan menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat. Maka ia mengimbau kepada seluruh jajaran pemerintah hingga di tingkat desa agar tidak ikut memperdebatkan larangan itu. Pasalnya, hanya akan menguras energi.

Baca Juga: Sukarelawan Bergerak, Rp606 Juta Terkumpul untuk Tangan Robotic Alfian

"Jangan sampai berdebat pada spektrum pelarangan mudik. Kami beri pemahaman kepada jajaran agar mengedepankan langkah adaptif. Siapa yang pulang dari kota-kota besar sebelum 6 Mei 2021 [mudik mulai dilarang], harus didorong untuk memeriksakan ke fasilitas kesehatan," kata dia kepada wartawan di area Sekretariat Daerah Wonogiri, Selasa (13/4/2021).

Dalam menjalankan kebijakan itu, kata dia, peran Ketua RT dan RW dalam konteks moral dan sosial sangat diperlukan. Keduanya bisa melakukan pendampingan, fungsi kontrol dan pendataan terhadap kedatangan pemudik. Langkah atau cara yang ditempuh pada awal pandemi Covid-19 dalam menghadapi pemudik diterapkan kembali.

"Untuk screening disesuaikan dengan fasilitas Faskes. Jika swab PCR mungkin kurang mampu, yang ideal dan cepat swab antigen. Prinsipnya untuk screening pemudik dari kota-kota besar sebelum 6 Mei 2021. Pak RT dan RW sangat berperan dalam hal ini. Tokoh di kampung biasanya lebih mudah memberi pengaruh," ujar dia.

Instruksi ke RT/RW

Pria yang akrab disapa Jekek itu mengaku telah menginstruksikan kebijakan itu kepada para kepala desa dan diteruskan ke RT dan RW pada awal Ramadan. Mereka diminta untuk memperkuat lagi kebijakan dalam menghadapi fluktuasi pergerakan kaum boro.

Ia mengatakan, semua pemudik yang tiba di Wonogiri didorong untuk memeriksakan diri ke Faskes, terlebih yang mempunyai gejala dan mempunyai penyakit komorbid. "Baik yang bergejala maupun tidak tetap didorong ke Faskes, karena tren saat ini orang tanpa gejala [OTG]" kata Jekek.

Berdasarkan data produksi Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri, sejak Jumat (9/4/2021) hingga Senin (12/4/2021), jumlah penumpang kedatangan bus dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Bandung, selalu di atas 2.000 orang.

Baca Juga: Karanganyar Bertakwa: ASN Diminta Ngaji 30 Menit Sebelum Kerja

Pada Jumat, jumlah penumpang kedatangan berjumlah 2.072 orang, Sabtu (10/2/2021), jumlah penumpang mencapai 2.459 orang, dan Minggu (11/4/2021), jumlah penumpang sebanyak 2.443 orang. Sedangkan pada Senin (12/4/2021), jumlah penumpang mencapai 2.773 orang.

Terkait kegiatan Ramadan, Pemkab telah merumuskan kebijakan dengan Kementerian Agama Wonogiri dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Wonogiri. Pemkab Wonogiri melarang untuk menyelenggarakan buka bersama, salat Idulfitri di lapangan dan halalbihalal. Salat Idulfitri hanya boleh dilaksanakan di masjid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya