Solopos.com, SOLO -- Pemerintah Kelurahan Jajar, Kecamatan Laweyan, Solo, melacak data kependudukan Noviyanti, 36, atau istri Agus Prayitno, 35, keluarga miskin yang menempati bekas gudang pabrik es angker di lahan kosong Jl. Prof. Soeharso, Laweyan, Solo.
Lurah Jajar Sri Waluya Jati Utama menyebut data kependudukan keluarga Agus Prayitno sangat penting untuk segera diselesaikan. Menurutnya, dengan data itu hak-hak tiga anak mereka dapat segera diperoleh.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sudah 3 Kali Dipenjara, Warga Pasar Kliwon Solo Tertangkap Lagi Edarkan Sabu-Sabu
Namun, data kependudukan Noviyanti belum diketahui. Menurutnya, Noviyanti mengaku berasal dari Semarang namun usai ditelusuri ternyata Noviyanti berasal dari Batam. Saat dicek ternyata juga bukan berasal dari Batam.
"Noviyanti ke Solo berbekal ijazah yang disimpan di rumah orang tua Agus di Jumapolo. Namun, saat Babinsa mengecek ke sana ijazah sekolah Noviyanti sudah rusak. Padahal, nama orang tua Noviyanti itu menjadi jalan agar diketahui," papar dia kepada Solopos.com, Senin (22/6/2020).
Daftar Bantuan Sembako
Menurutnya, keterangan dari Noviyanti terkait asal usulnya tidak jelas. Ia mengaku tengah mencari solusi agar keluarga yang tinggal di gudang angker Jajar itu memperoleh data kependudukan.
5 Tahun Ditinggali Keluarga Miskin, Siapa Sih Pemilik Lahan dan Gudang Angker di Jajar Solo?
Saat ini keluarga tinggal di eks gudang es itu sudah dimasukkan ke dalam daftar bantuan sembako dari Pemerintah Kota Solo.
"Keterangan dari Noviyanti tidak jelas termasuk menyebutkan nama orang tuanya. Sepertinya, jika Noviyanti mengurus data kependudukan bakal diminta pulang ke asalnya dan tidak boleh ke Solo. Dia tidak direstui orang tuanya bersama dengan Agus. Termasuk ijazahnya bisa sampai Jumapolo itu juga tidak jelas," imbuh dia.
Anak 5 Tahun Boleh Ngemal Tapi Masuk Sekolah Tetap Desember, Ini Penjelasan Wali Kota Solo
Sri Waluya menambahkan solusi sementara dirinya berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dispendukcapil Solo untuk meminta penyelesaian data kependudukan keluarga yang tinggal di gudang angker itu.
"Kalau pindah tidak mau ya bagaimana, itu kan bukan milik Agus Prayitno. Dulu awal-awal menempati bangunan itu sudah diperingatkan, tetapi masih nekat. Sementara kami berusaha menyelesaikan data kependudukan keluarga Agus," papar dia.