SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO – Semua pihak terkait harus duduk bersama membuat grand design upaya penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Hal ini menyusul semakin parahnya kerusakan DAS Bengawan Solo.

Pendapat itu disampaikan salah satu dosen Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang pernah melakukan penelitian soal DAS Bengawan Solo, Setya Nugraha.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembuatan grand design, terangnya, sangat diperlukan agar ada perencanaan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pasalnya selama ini yang terjadi, perencanaan atau upaya yang dilakukan bersifat sektoral atau kewilayahan. Akibatnya tidak ada keterkaitan antarwilayah.

Selain itu, ungkapnya, sampai sekarang juga belum ada integrasi antardepartemen atau dinas terkait yang berkepentingan terhadap DAS Bengawan Solo. Ia mencontohkan program Departemen Kehutanan tidak sinkron dengan program Departemen Lingkungan Hidup ataupun Departemen Pertanian. “Masing-masing pihak terkesan jalan sendiri-sendiri,” ujarnya.

Oleh karena itu, ungkapnya, perlu ditetapkan apa-apa yang menjadi tugas setiap departemen dan setiap daerah dalam upaya penyelamatan DAS Bengawan Solo. “Selama ini karena berjalan sendiri-sendiri, semua berusaha melakukan penyelamatan tapi tidak optimal karena hanya mementingkan daerahnya sendiri,” katanya. Padahal, katanya, ada puluhan kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang teraliri DAS Bengawan Solo.

Setya mengusulkan agar ada lembaga pusat yang turun tangan untuk ikut memfasilitasi upaya penyelamatan DAS Bengawan Solo. Misalnya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengajak semua pihak terkait, baik departemen maupun pemerintah daerah terkait, untuk duduk bersama membahas grand design penyelamatan Bengawan Solo. “Jika ada grand design, akan jelas bagaimana tata ruangnya, apa yang menjadi tugas setiap departemen, apa hak dan kewajiban setiap pemerintah daerah yang teraliri DAS Bengawan Solo. Sehingga ada satu kesatuan tindakan,” terangnya.

Menurut Setya, tingkat kerusakan DAS Bengawan Solo sudah cukup parah. Terjadinya erosi yang berlanjut menjadi sedimentasi sudah besar. Hal ini terlihat dari tingkat resistensi DAS Bengawan Solo terhadap curah hujan. Jika curah hujannya tinggi, langsung terjadi banjir di daerah sekitar DAS Bengawan Solo. Tapi di satu sisi, jika musim kemarau, terjadi kekeringan. “Hal itu merupakan indikator bahwa DAS Bengawan Solo sudah rusak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya