SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p class="western"><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><strong>Solopos.com, KLATEN&mdash;</strong>Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten melarang penggunaan listrik dalam menangani serangan tikus di sawah. Penggunaan listrik dinilai membahayakan manusia dan hewan lain termasuk predator tikus itu sendiri.</span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DPKPP Klaten, Joko Siswanto, mengatakan penggunaan listrik di <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180807/493/932671/hati-hati-sawah-petani-klaten-dialiri-listrik" title="Hati-Hati, Sawah Petani Klaten Dialiri Listrik">sawah</a> selain membunuh tikus juga bisa membunuh ular dan hewan lain yang kebetulan melintas. Listrik itu juga membahayakan petani lain yang sedang beraktivitas di sawah. &ldquo;Apalagi kalau sawahnya ada airnya. Itu lebih berbahaya lagi karena kawasan yang terkena listrik bisa lebih luas,&rdquo; terang Joko, saat ditemui </span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><i>Solopos.com</i></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">&nbsp;di kantornya, Kamis (9/8/2018).</span></span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Joko mengimbau seluruh petugas penyuluh lapangan (PPL) di kecamatan agar menyosialisasikan bahaya penggunaan listrik dalam menangani serangan tikus. Ia merekomendasikan petani agar menggunakan basmiskus, </span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><i>gropyokan</i></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">, dan penggunaan jaring hingga menggunakan predator alamiah untuk menekan keberadaan tikus.</span></span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;">&ldquo;</span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><i>Gropyokan</i></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"> misalnya efektif dilakukan seusai panen. Sebab, populasi tikus sedang tinggi dan ukurannya masih kecil-kecil,&rdquo; beber dia.</span></span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Hasil pemantauan DPKPP Klaten, dari luas tanam <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180519/493/916955/wong-klaten-kembangkan-varietas-padi-tahan-kering" title="Wong Klaten Kembangkan Varietas Padi Tahan Kering">padi</a> sebanyak 15.245 hektare di Klaten, ada empat kecamatan yang terkena serangan ringan tikus yakni Wonosari 3 hektare, Delanggu 1 hektare, Polanharjo 7 hektare, dan Karanganom 1 hektare. &ldquo;Kami tidak kecolongan karena kami pantau terus-meneurs. Di Klaten, sudah ada upaya-upaya preventif berupa </span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><i>gropyokan</i></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">, penggunaan basmiskus, jaring hingga predator,&rdquo; urai Joko.</span></span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Penanganan tikus sengaja tidak menggunakan racun karena dikhawatirkan tikus yang memakan umpan beracun akan dimangsa burung hantu. Akibatnya, burung hantu bisa ikut mati. Hal itu terjadi karena efek racun bekerja setelah tiga hari sejak umpan dimakan. &ldquo;Yang jelas burung hantu enggak suka bangkai tikus. Tikus yang masih jalan-jalan walau sudah makan racun itu dihkawatirkan dimakan burung hantu,&rdquo; ujar dia.</span></span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Koordinator Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) DPKPP Klaten, Sunarno, mengatakan Klaten juga mengembangkan Tyto Alba atau <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180620/493/923154/burung-jalak-pun-diburu-pemudik-klaten-untuk-oleh-oleh" title="Burung Jalak Pun Diburu Pemudik Klaten untuk Oleh-Oleh">burung</a> hantu putih untuk predator alami tikus. Tyto Alba banyak dibudidayakan di Kecamatan Karanganom dengan pembikinan rumah burung hantu (rubuha). Keberadaan Tyto Alba dinilai efektif mengendalikan populasi tikus.</span></span></span></p><p class="western"><span><span style="color: #222222;">&ldquo;</span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Di sana ada petani yang secara swadaya bikin rubuha. Ada juga yang didukung pemerintah desa soal pembuatan rubuha. Daya jelajah Tyto Alba ini luas jadi manfaatnya dirasakan ke kabupaten sekitar Klaten seperti Boyolali dan Sukoharjo,&rdquo; kata Sunarno.</span></span></span></p>

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya