SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Langit terlihat cerah, matahari bersinar terik ke arah puluhan ton sampah yang teronggok di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wukirsari, Baleharjo, Kecamatan Wonosari. Suara lalat terus mendengung. Tak jauh dari situ, sampah setinggi dua meter dibakar dan mengeluarkan asap tebal. Sementara, bau busuk sangat menusuk hidung.

Di tengah onggokan sampah berbau busuk, Lasdio mengais sampah dan memilihnya. Dia sedang mencari plastik bekas. Kaki-kaki dan tangan legam pria beranak dua itu sudah terbiasa berteman dengan lalat.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Lasdio adalah salah satu dari puluhan pemulung yang mencoba peruntungan di TPA Wukirsari. Ia bersama istrinya, Surati, 50, setiap hari memungut sampah di tempat itu. “Istri saya sudah pulang  untuk memasak dan menyiapkan buka bersama,” ujar Lasdio di TPA Wukirsari, Sabtu (6/8).

Sudah puluhan tahun Lasdio memulung. Dalam sehari mengorek sampah di tempat berbau busuk itu, ia mengaku mendapat uang tak lebih dari Rp30.000. Sampah yang dia pilah diambil pengepul dari Pracimantoro.

“Di sini kami mencari hidup. Ada yang datang membeli dari Pracimantoro, sehari paling Rp30.000, karena bareng istri, hasilnya cukup untuk makan sehari,” ujar warga Wukirsari, Baleharjo Wonosari itu.

Dari jarak sekitar 15 meter dari tempat Lasdio memulung, pemulung yang lain, Nardi, 49, juga ikut  memilih sampah. Gagang dari besi sepanjang setengah meter digunakan untuk mengorek sampah. Ia  tidak memakai sepatu boot yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Gunungkidul beberapa waktu lalu dengan alasan kurang enak di kaki.

“Saya lebih senang sepatu olahraga seperti ini,” terang Nardi sambil menunjukkan sepatunya yang lusuh dan sudah robek di beberapa bagian.

Matahari perlahan tergelincir ke ufuk. Sumburat jingganya tak lagi terlihat. Petang sudah tiba. Puluhan pemulung berangsur mengaso di sebuah gedung tanpa sekat. Sementara, beberapa orang seperti Lasdio segera pulang untuk menantikan buka puasa bersama keluarga.

“Saya pulang dulu, sudah ditunggu istri di rumah,” ujar Lasdio sambil memanggul satu bagor sampah rumah tangga berupa sisa kangkung dan bayam hijau yang akan digunakan untuk makan satu ternak miliknya.(Wartawan Harian Jogja Express/Sunartono)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya