SOLOPOS.COM - Patung Jenderal TNI Gato Soebroto berdiri kukuh di halaman depan rumah dinas Walikota Solo, Loji Gandrung. Di masa revolusi kemerdekaan seusai proklamasi, Gatot Soebroto pernah berkantor di Loji Gandrung sebagai Gubernur Militer wilayah Surakarta. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Patung Jenderal TNI Gato Soebroto berdiri kukuh di halaman depan rumah dinas Walikota Solo, Loji Gandrung. Di masa revolusi kemerdekaan seusai proklamasi, Gatot Soebroto pernah berkantor di Loji Gandrung sebagai Gubernur Militer wilayah Surakarta. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Rumah dinas Walikota Solo yang baru saja ditinggalkan Joko Widodo yang pindah ke Jakarta sebagai Gubernur DKI memiliki sejarah yang cukup panjang. Meski jelas kalah megah dan besar dibandingkan rumah dinas Gubernur DKI yang kini ditempati Jokowi di Jl Taman Suropati 7, rumah dinas Walikota Solo yang lebih terkenal dengan sebutannya, Loji Gandrung, memiliki sejarah yang kaya warna.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bangunan di Jl Slamet Riyadi itu bahkan lebih tua dari rumah dinas gubernur DKI yang baru dibangun di awal abad XX. Bangunan ini awalnya adalah rumah pribadi Johannes Agustinus Dezentje (1797-1839), yang dibangun pada masa pemerintahan SISKS Paku Buwana IV. Dezentje adalah pengusaha pertanian asal Belanda yang memiliki tanah pertanian sangat luas, bahkan tersebar hingga di luar wilayah Surakarta. Dia mengawini RA Cokrokusumo yang masih kerabat PB IV.

Ada cerita unik soal kenapa rumah itu lantas mendapat julukannya yang melekat hingga sekarang: Loji Gandrung. Rupanya Dezentje cukup sering mengadakan pesta di rumahnya itu, yang dihadiri sesama warga Belanda, pejabat pemerintahan, pengusaha dan para bangsawan keraton. Pada acara pesta inilah, biasa digelar pula acara dansa yang diiringi musik. Acara dansa itu yang lantas disebut orang Jawa “gandrungan” karena para tamu yang berdansa berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan itu mirip orang yang sedang memadu kasih atau mabuk asmara alias gandrung.

Jadilah rumah Dezentje itu mendapat julukan Loji Gandrung. Loji sendiri adalah istilah untuk menyebut rumah besar bertembok yang biasanya dimiliki orang Belanda.

Bentuk bangunan Loji Gandrung menganut gaya Eropa, tapi diselaraskan dengan kondisi tropis Indonesia. Pintu-pintunya dibuat tinggi dan lebar agar sirkulasi udara lancar. Sampai saat ini bentuk bangunan utama Loji Gandrung tidak berubah sama sekali. Hanya bagian belakangnya yang telah ditambahi bangunan joglo.

Rumah ini masih terus menjadi milik pribadi hingga akhirnya Perang Dunia II pecah dan Jepang masuk menggusur Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tentara Jepang mundur, Loji Gandrung kemudian menjadi markas militer. Brigade V pimpinan Slamet Riyadi pernah bermarkas di sini, sementara Gubernur Militer wilayah Surakarta, Kolonel Gatot Soebroto juga pernah tinggal dan berkantor di situ. Itulah sebabnya kenapa di depan Loji Gandrung ada patung Gatot Soebroto. Rampung digunakan sebagai markas militer, akhirnya Loji Gandrung dipilih menjadi rumah dinas Walikota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya