SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sepuluh tahun lalu Sugiyono masih belum apa-apa. Lulus dari sebuah STM di Blora, dia pindah ke Solo untuk bekerja serabutan. Mulai dari jualan cilok, roti terang bulan keliling dan pekerjaan sejenisnya. Namun dari sana dia berkenalan dengan anak-anak kecil dan timbullah sebuah ide besar.

Berbekal ijazah STM-nya, Sugiyono melamar ke sebuah perusahaan mainan elektronik di Solo. Hanya delapan bulan dia bekerja di sana dan mengantongi modal sebesar Rp1 juta. Uang itu memang tidak besar, namun pada 2004 dia berhasil menggunakannya untuk memulai usahanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dengan modal Rp1 juta itu saya membuat sebuah seluncuran buat anak TK. Saya cari tukang fiber yang biasa digaji Rp17.000 perhari, lalu saya kasih dia Rp45.000 perhari,” tuturnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Keberhasilan pertamanya itu membuatnya pede untuk mulai berpromosi. Saat itu dia baru melakukannya secara door to door sampai Pedan, Klaten. Dia akhirnya sadar bahwa cara itu sama sekali tidak efektif. Akhirnya beralihlah dia ke media internet dengan memanfaatkan layanan iklan gratis di berbagai situs.

Usahanya kali ini berhasil. Suatu hari telepon datang dari seseorang di Meulaboh, Aceh. Di sana sedang ada proyek pembangunan playground untuk anak-anak korban tsunami. “Itu pesanan pertama saya yang bernilai besar,” katanya.

Selanjutnya pesanan datang seperti tak terbendung. Dari Bogor, Sugiyono dapat pesanan untuk membuat 200 unit perahu bebek, belum lagi dari Pantai Benter Purbalingga, Selecta Malang hingga Sindrap Sulawesi. Sementara itu mal-mal baru di kota-kota kecil juga mulai memesan fasilitas bermain seperti kereta api mini dan playground.

Lain lagi dengan cerita Wahyu Eko Prasetyo saat memulai usahanya. Dulunya Wahyu bekerja di perusahaan pembuat kerajinan fiber yang mirip dengan usahanya saat ini. Bedanya mereka baru membuat alat-alat kecil dan belum mengenal proyek-proyek besar.

Hingga suatu hari kecelakaan terjadi saat Wahyu dan sang pemilik usaha sedang menggarap proyek di Mojokerto. “Beliau mengalami kecelakaan dan meninggal,” kenangnya. Selanjutnya usaha tersebut masih berjalan, sayangnya hanya mengandalkan pesanan-pesanan lama. “Saat order habis, kami terpaksa dikeluarkan.”

Sempat bingung, Wahyu menemukan inspirasi usahanya. Tiga tahun bekerja dengan orang lain membuatnya memiliki pengalaman panjang dengan fiber. Dia pun mengumpulkan kembali rekan-rekan kerjanya dan mendirikan usaha baru.

Melalui internet, Wahyu semakin melebarkan sayapnya. Bahkan dari sinilah dia mendapatkan proyek pengerjaan water boom yang belum pernah digarap sebelumnya. Namun bermodal skill dan pendidikannya saat masih kuliah di Akademi Teknik Warga (ATW), lulusan STM Warga ini bisa melakukannya.

“Untuk desain saya sendiri yang membuatnya, bahkan sampai animasi 3D-nya saya bisa buat sendiri.”

Kini Wahyu sudah tidak lagi menangani produksi secara langsung. Dengan tenaga kerja yang mencapai sembilan orang, Wahyu lebih berkonsentrasi dalam pemasaran. “Saya sendiri juga yang jadi marketingnya, sendirian,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya