SOLOPOS.COM - Kondisi gedung Lembu Suro yang menjadi lokasi selfie baru di Boyolali. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI – Berdasarkan cerita tutur, asal usul Boyolali ternyata berasal dari frasa “Bayawis lali.” Istilah itu muncul dalam perjalanan spiritual Ki Ageng Pandan Arang yang menjadi bupati pertama Semarang.

Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dan masih menjadi bagian dari wilayah Soloraya. Kabupaten dengan slogan Boyolali Tersenyum itu terletak di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Karena letaknya yang berada di lereng pegunungan, Boyolali memiliki daya tarik wisata berupa keindahan alam nan eksotis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Boyolali juga dikenal sebagai New Zealand Van Java. Ini karena Boyolali menjadi salah satu pemasok susu sapi unggulan di Indonesia. Karena potensi ini, Boyolali juga dikenal sebagai Kota Susu.

Dalam kehidupan sehari-hari, jamak terdengar gurauan bila Boyolali berasal dari kata boyo dan lali. Boyo dalam bahasa Jawa berarti buaya dan lali berarti lupa. Namun asal-usul nama Boyolali tidaklah sesederhana itu.

Baca Juga: 65 Pejabat Dilantik, Kekosongan Jabatan di Pemkab Boyolali Terisi Semua

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Boyolali, Selasa (21/12/2021), nama Boyolali tidak disebutkan dalam Babad Pengging maupun Babad Mataram. Pada masa Kerajaan Demak Bintaro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali juga tidak muncul.

Kendati begitu, nama Boyolali muncul dalam cerita tutur dari nenek moyang. Lahirnya nama Boyolali konon tidak lepas dari legenda perjalanan spiritual Ki Ageng Pandan Arang yang tak lain bupati pertama Semarang yang ditunjuk Sultan Demak Bintaro pada abad XVI.

Pada saat itu, Sunan Kalijogo pernah meramal Ki Ageng Pandan Arang atau yang saat itu lebih dikenal dengan nama Tumenggung Notoprojo akan menjadi seorang wali penutup menggantikan Syekh Siti Jenar.

Baca Juga: Boyolali Siaga Darurat Wilayah Potensi Bencana Merapi

Ki Ageng Pandan Arang pun diutus untuk syiar agama Islam oleh sunan Kalijaga ke Gunung Jabalkat di Tembayat (sekarang Bayat, Klaten). Kala itu, Ki Ageng Pandan Arang ditemani istri dan anaknya yang belum siap meninggalkan kenikmatan duniawi.

Perjalanan dari Semarang ke Tembayat tidak dilalui dengan mudah oleh Ki Ageng Pandan Arang. Selama dalam perjalanan, ia menemukan bermacam rintangan sebagai sebuah ujian. Hingga akhirnya, ia berjalan jauh meninggalkan anak dan istrinya.

Menariknya, dalam perjalanan Ki Ageng Pandan Arang yang menghadapi banyak rintangan disebut mengilhami lahirnya nama suatu daerah yang dilewati. Seperti saat ia berada di tengah hutan belantara, Ki Ageng Pandan Arang  dihampiri oleh tiga orang perampok.

Baca Juga: Vaksinasi Anak di Boyolali Digelar Serentak di 8 Kecamatan

Perampok itu mengira bahwa Ki Ageng Pandan Arang membawa harta benda yang berlimpah namun dugaan itu salah. Peristiwa itu kemudian disebut mengilhami lahirnya nama Salatiga.

Perjalanan Ki Ageng Pandan Arang pun lanjutkan. Sampailah dia pada sebuah tempat yang terdapat banyak bambu kuning atau bambu ampel. Tempat itulah yang kini dikenal dengan nama Ampel, salah satu kecamatan di Boyolali.

Makin jauh melangkah, Ki Ageng Pandan Arang semakin jauh meninggalkan istri dan anaknya yang membuntutinya dari belakang. Sambil menunggu istri dan anaknya Ki Ageng Pandan Arang memilih beristirahat pada salah satu batu besar.

Baca Juga: Vaksinasi Anak di Boyolali Serentak Dimulai, Target 95.426 Pelajar

Saat beristirahat itulah, Ki Ageng Pandan Arang berkata, “Bayawis lali wong iki,” yang jika diartikan berarti, “Sudah lupakanlah orang ini.”

Karena anak dan istrinya tak kunjung terlihat, Ki Ageng Pandan Arang lantas melanjutkan perjalanannya ke Gunung Jabalkat. Saat istri dan anaknya tiba di sebuah batu besar itu, mereka tak melihat Ki Ageng Pandan Arang.

Lantas istri dari Ki Ageng Pandan Arang berkata, “Kyai, bayawis lali. Aku teko ninggal wae,” lalu melanjutkan perjalanannya menyusul Ki Ageng Pandan Arang. Kalimat, “Bayawis lali wong iki,” itu disebut mengilhami lahirnya istilah atau nama Boyolali.

Baca Juga: Festival Tunggang Sapi Boyolali, Pelestarian Alat Angkut Tempo dulu

Ada yang menyebut batu tempat istirahat Ki Ageng Pandan Arang itu konon berlokasi di belakang Gedung Teater Sonosudoro Boyolali. Namun, dalam cerita lain yang menyebut batu besar itu berlokasi di Kali Pepe yang membelah Kota Boyolali.

Ada pula yang menyebut batu besar itu berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali. Warga di sekitar Pasar Sunggingan menyebut batu besar yang dikeramatkan itu dengan istilah Mbah Dakon. Sebab, di permukaan batu itu terdapat sejumlah cekungan menyerupai dakon.

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali tidaklah mudah. Untuk menetapkan hari jadi yang selalu diperingati setiap 5 Juni memakan waktu yang cukup lama dan perlu penelusuran sejarah yang panjang.



Boyolali: Objek Wisata di Boyolali Boleh Buka Saat Nataru, Tapi…

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali sebelumnya telah melalui penelitian oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Penelitian ini didasarkan atas Surat Perjanjian Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali dengan dengan UNS pada 11 September 1981.

Setelah melakukan penelusuran sejarah, pada 23 Februari 1982, diselenggarakan seminar tentang Sejarah Hari Jadi Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali di Gedung DPRD Boyolali. Dalam seminar ini disimpulkan tanggal 5 Juni 1847 merupakan Hari Jadi Kabupaten Boyolali.

Selanjutnya melalui Rapat Paripurna DPRD pada 13 Maret 1982 telah ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Boyolali No. 3/1982 tentang Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali. Perda tersebut telah diundangkan melalui Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali pada 22 Maret 1982 No. 5/1982 Seri D No. 3.

Baca Juga: Asyiknya Tunggangi Sapi Jawa, Tradisi Lama yang Hidup Lagi di Boyolali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya