SOLOPOS.COM - Ilustrasi semua orang setara. Jangan bersikap diskriminatif. (freepik)

Solopos.com, SOLO—Adakah sahabat di sini yang punya tetangga berbeda agama? Jika ada, kalian sangat beruntung karena dapat mengenal agama selain yang dianut.

Selain itu, lingkungan dan agama yang majemuk bisa memberikan kalian referensi pertemanan yang lebih luas. Di Dusun Karanggandu, Desa Gempolan. Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, terdapat gereja dan masjid yang berdekatan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Umat muslim menjalankan ibadah salat lima waktu dengan tenang, begitupun umat kristiani yang beribadah dengan tenang pada hari Minggu. Tidak ada rasa saling benci dan saling mencurigai antarwarga yang berbeda keyakinan karena toleransi di antara agama yang berbeda sudah tertanap sejak lama. Warga hidup rukun dan damai tanpa menyakiti.

Indonesia adalah negara dengan beribu keberagaman. Keberagaman yang telah menjadi simbol pemersatu bangsa dan negara dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, kita harus menjaganya agar tetap utuh dan harmonis.

Pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan menganut toleransi. Jangan sampai Indonesia terpecah-belah akibat isu-isu yang tidak bertanggung jawab dan negatif.

Indonesia merupakan negara yang kaya raya akan keberagaman maupun sumber daya alamnya. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari keberagaman agama, suku, ras, antargolongan agama, dan sebagainya. Sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Indonesia adalah negara yang religius.

Di Indonesia ada enam agama yang diakui oleh negara. Agama-agama yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan yang terakhir adalah Konghucu. Keenam agama tersebut haruslah hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi antarumat.

Penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 273.500.000 juta jiwa. Warga Indonesia menghuni di kurang lebih 17.500 pulau besar maupun kecil di 34 provinsi, mulai dari Aceh sampai dengan Papua. Di setiap provinsi ada warga Indonesia yang sangat beragam.

Inilah hakikat keindahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah kemajemukan peradaban dan keyakinan yang ada. Toleransi beragama harus ditanamkan sejak kecil karena tidak mudah untuk melakukannya, apalagi bagi umat beragama yang minoritas di negara ini.

Di Indonesia seringkali terjadi intoleransi terhadap kaum agama yang minoritas. Di daerah terjadi pembakaran terhadap gereja gereja atau tempat ibadah. Ada pula pembubaran orang-orang yang sedang melakukan ibadah.

Sebenarnya hal itu terjadi bukan karena kesalahan agama sebab di dunia tidak ada agama yang mengajarkan hal buruk. Semanya kembali lagi kepada diri kita sendiri sebagai penganut agama, Jadi, bagaimana kita menyikapi hal yang baik dan hal yang buruk.

Kita harus bisa membuang hal buruk dan menanamkan hal-hal yang baik. Namun, sangat disayangkan, masih banyak di Indonesia yang sulit membuang hal buruk. Padahal hal-hal buruk itu itu dapat memecah persatuan dan menghilangkan rasa toleransi di kalangan masyarakat. Contohnya orang yang terlalu fanatik terhadap agama tertentu sehingga beranggapan agama selain agama yang dianutnya mengandung ajaran salah atau tidak benar.

Provokasi

Mengutip dari Wikipedia, agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya maupun pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan. Agama yang secara etimologi berarti tidak kacau mempunyai peran penting dalam menjaga dan menciptakan stabilitas keindahan dalam keberagaman itu.

Sejarah Indonesia menunjukkan pertengkaran sesama anak bangsa terjadi bukan karena keberagaman agama dan suku, tetapi cenderung akibat egoisme sekelompok kecil masyarakat yang mencoba memprovokasi warga lain.

Sebagai warga negara yang berakhlak dan beradab, hendaknya kita selalu menjaga keindahan dalam kemajemukan agama dan suku dari latar belakang geografi, sejarah, dan budaya yang berbeda-beda demi kesatuan bangsa Indonesia. Tentunya semua itu didasari kesatuan pandangan, ideologi, dan falsafah hidup berbangsa dan bernegara yang satu.

Keberagaman merupakan suatu hal yang indah. Keberagaman merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Keberagaman tersebut harusnya dijadikan sebagai kekayaan dari sebuah negara sehingga kita dapat saling menghargai, menghormati, dan saling menguatkan nilai-nilai di dalamnya.

Perbedaan jangan sampai dijadikan sebagai pertentangan. Sebaliknya, perbedaan seharusnya dijadikan sebagai pendorong dan penguat untuk saling menghargai, menghormati, dan saling memahami antara satu sama lain.

Persoalan yang terjadi hingga saat ini, perbedaan-perbedaan tersebut justru menjadi sumber perselisihan, perpecahan, saling curiga, hingga pertentangan. Akibatnya timbul kerusuhan maupun konflik yang berakibat pada potensi Indonesia yang terpecah-belah.

Konflik antaragama terjadi karena perbedaan keyakinan dan ego manusia yang menjadi jadi. Banyak kasus yang dampaknya kecil maupun besar yang muncul dari setiap daerah. Semua itu muncul akibat argumen yang tidak perlu.

Sebagai contoh konflik Poso. Perselisihan politik itu awalnya karena masalah agama. Pada tahun 1990-an, Poso dipenuhi penduduk beragama Islam. Namun, seiring berjalannya tahun, banyak orang luar yang datang ke Poso sehingga agama Kristen menjadi dominan. Kurangnya peran pemerintah membuat konflik ini berlangsung selama puluhan tahun dengan jumlah korban jiwa sangat tinggi.

Jadi, untuk menciptakan toleransi dan saling menghormati, mari kita mulai dari diri kita sendiri. Mari kita didik generasi penerus agar selalu cinta damai, menghargai perbedaan, dan mempunyai rasa toleransi tinggi.

Toleransi yang sempat redup harus kita hidupkan kembali. Jangan ada diskriminasi antaragama yang akan berujung konflik sehingga tragedy-tragedi kemanusiaan tidak terulang lagi. Bhinneka Tunggal Ika benar-benar melekat pada setiap masyarakat dan generasi penerus kita dan bukan menjadi simbol semata.

Penulis adalah guru di SMAN Kerjo

 



 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya