SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seorang siswa menuliskan ingatan akan gurunya semasa SMP, “Bu Retno, guru yang mengesankan bagiku. Cara mengajarnya lembut tapi tegas. Penjelasannya mudah dipahami. Memiliki sifat keibuan, murah senyum, bisa humor sewaktu pelajaran. Mau menerima kritik, sabar, tidak tegang, menciptakan perasaan senang, dan ramah …“

Tidak gampang membayangkan gambaran “lembut tapi tegas” pada diri seorang guru. Jamak terjadi lembut berarti bersuara lirih dan tenggelam di tengah suara celetukan murid-muridnya. Tegas acapkali berkaitan dengan menakutkan. Namun, gambaran yang dibuat oleh murid mengenai seorang guru yang tegas dan mampu menciptakan perasaan senang di kelas kiranya patut mendapatkan perhatian tersendiri.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Tegas tidak sama dengan menakutkan. Ketegasan dan kewibawaan kiranya berkaitan dengan pembawaan diri, termasuk penjelasannya mudah dipahami. Satu hal yang terus-menerus perlu diperhatikan oleh guru adalah cara bicara di kelas.
 
Tradisi yang panjang dalam dunia pendidikan menghadirkan guru pada dua sarana penting yakni “talk and chalk”, tutur dan kapur. Ketika teknologi mutakhir merambah ke kelas-kelas dan menggeser kapur ke tepian keranjang sampah, tutur alias bicara tetaplah penting sebagai sarana utama para guru. Visualisasi secanggih apapun, murid tentu masih membutuhkan paparan dan penjelasan dari guru. Sejak menyampaikan salam pembuka hingga mengakhiri perjumpaan di kelas, guru mesti memperhitungkan pilihan kata dan ekspresi yang menyertainya.

Salam pembuka atau sapaan awal  mestinya dimanfaatkan untuk membangun antusiasme kelas. Suara lirih ataupun keras keduanya bisa menghadirkan ketegasan. Sapaan hanya memiliki arti kalau mendapatkan tanggapan balik yang sepadan. Yang tak boleh diabaikan adalah ekspresi senyum yang menebar keseluruh siswa.

Ucapan dan senyuman menyatu dalam tatapan mata sang guru  ke setiap pasang mata. Yang lazim terjadi, guru tak sempat menatap satu per satu, atau tatapan kosong ke atas kepala setiap anak. Jika demikian, proses pembelajaran selanjutnya akan berlangsung layaknya sebuah monolog, tanpa sasaran yang jelas. Tak ada murid yang protes kepada guru, baik jelas maupun tidak jelas mengenai materi yang diajarkannya.

Membahasakan materi pelajaran sesuai dengan tingkatan berpikir siswa adalah salah satu pilihan cara bicara demi terpahaminya materi. Semakin jauh jarak umur antara guru dan murid semakin menuntut guru untuk kian “merendah”. Pemikiran inilah yang melatari angan-angan pentingnya gaji tinggi untuk para guru di tingkat pendidikan dasar. Ungkapan siswa yang menyebut “penjelasannya mudah dipahami” pertama-tama karena bahasa yang digunakan guru sepadan dengan tingkat berpikir murid. Pilihan kata, rumusan kalimat, dan  tuntutan volume pelajaran yang harus diterima siswa tidak boleh dilepaskan dari konteks siswa.

Membahasakan materi pelajaran sesederhana mungkin harus dilakukan. Tidak jarang saya mendengar suara guru di kelas “Seperti ini kok tidak bisa to?” Lha, bagi guru mudah, tetapi tak boleh dilupakan siswa tetaplah anak-anak yang butuh dipandu pertumbuhan jiwa dan raganya. Mereka tetaplah anak-anak, yang belum lulus kuliah seperti  para gurunya.

Sinis, atos, judes, ketus, atau menjatuhkan mental adalah kumpulan definisi mengenai ucapan atau cara bicara guru. Dalam diri setiap guru ada sifat atau perangai yang bisa diubah, pun yang bawaan tak mungkin berubah. Cara berbicara guru tergolong sifat yang bisa diubah. Berbagai pelatihan atau penyegaran untuk para guru mengenai berbicara di kelas kiranya mempunyai andil yang besar demi pembelajaran yang kian baik. Guru menjadi faktor perubahan yang mestinya paling diperhitungkan. Cara bicara yang baik tentu memudahkan penerimaan pelajaran bagi siswa.

Akhirnya, salam penutup pun masih menyisakan tuntutan kepada para guru untuk memberikan penyimpulan materi dan pujian kepada kelas untuk proses belajar yang heroik dan antusias. Tak jarang saya mengakhiri perjumpaan di kelas dengan ucapan, “Terimakasih untuk seluruh antusiasme dan semangat Anda mengikuti pelajaran ini, pasti saya merindukan perjumpaan dengan Anda kembali. Sampai jumpa.” Dan, tak jarang para siswa justru bertepuk tangan kegirangan. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya