SOLOPOS.COM - BANSER BERJAGA-Sejumlah anggota Banser berjaga di depan GBIS Kepunton, Solo, Selasa (27/9). Aparat keamanan bersama sejumlah organisasi masyarakat meningkatkan keamanan berbagai gereja di Kota Solo pasca ledakan bom bunuh diri. (JIBI/SOLOPOS/AGoes Rudianto)

BANSER BERJAGA-Sejumlah anggota Banser berjaga di depan GBIS Kepunton, Solo, Selasa (27/9). Aparat keamanan bersama sejumlah organisasi masyarakat meningkatkan keamanan berbagai gereja di Kota Solo pasca ledakan bom bunuh diri. (JIBI/SOLOPOS/AGoes Rudianto)

(Solopos.com) GBIS Kepunton, Tegalharjo, Jebres yang beralamat di Jl Arif Rahman Hakim Solo belakangan menjadi sorotan publik Soloraya hingga nasional. Aksi nekat bom bunuh diri yang dilakukan seorang laki-laki telah membuat Gereja yang dirintis oleh seorang Yap Setiawan, yang telah berpulang ke sisi Tuhan, menjadi topik utama pemberitaan media di Tanah Air. Namun belum banyak yang tahu bagaimana perkembangan Gereja yang didirikan tahun 1947 itu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seorang pengurus GBIS Kepunton, Wim Agni saat ditemui wartawan, Senin (26/9/2011) mengungkapkan, mulanya Gereja didirikan di Tambaksegaran, Solo. Tak berapa lama kemudian Gereja dipindah ke Tegalharjo (Alamat sekarang-red). Ketika itu jemaat Gereja baru sekitar ratusan orang. Namun perkembangan Gereja cukup pesat. Beberapa kali melakukan perluasan bangunan gereja, saat ini jumlah jemaat mencapai 3.000 hingga 3.500 orang.
“Sejak pindah ke sini, Gereja memang beberapa kali melakukan pemugaran dan perluasan bangunan. Saat ini kami sudah punya sekitar 3.000 anggota yang mempunyai kartu anggota,” tuturnya.
Untuk biaya operasional, GBIS Kepunton mampu membiayai sendiri dari sumbangan para jemaat. Selain bangunan besar dan lahan luas, GBIS Kepunton juga mempunyai lahan parkir luas yang terpisah dari kompleks induk Gereja. Wim menjelaskan pihak gereja tidak hanya melakukan penambahan bangunan dan lahan. Namun cukup concern juga dalam kegiatan sosial kemanusiaan.
“Hubungan kami baik dengan masyarakat setempat. Beberapa kali lahan parkir kami digunakan untuk kegiatan bersama,” imbuhnya.
Pernyataan senada disampaikan Ketua Badan Penghubung Sinode GBIS Indonesia, Gideon Siregar kepada wartawan di sela-sela kegiatan pastoral terhadap para korban bom, di RS dr Oen Solo. Menurutnya kegiatan peribadatan kebaktian di GBIS Kepunton sudah pulih pada Minggu (2/10/2011) mendatang.
“Kami lakukan kegiatan pastoral, mengunjungi yang sedang menderita dan mendoakan mereka. Rencananya pada Minggu ini kebaktian di GBIS Kepunton sudah bisa digelar kembali,” katanya.
Menurut dia jumlah jemaat di GBIS Kepunton mencapai 5000 orang. Kegiatan pastoral Gideon bersama para pengurus GBIS Indonesia mendapat reaksi positif para korban bom. Di antaranya keluarga dari Stefanus Suripto, 73, yang berasal dari Jagalan, Jebres. Di tengah lantunan doa bersama yang dipimpin oleh Gideon Siregar, air mata korban bom yang mengalami luka pada punggung kiri itu menitikkan air mata. Dalam posisinya yang belum bisa banyak bergerak, Stefanus khusyuk mengamini bait-bait doa siang itu.
(Kurniawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya