SOLOPOS.COM - Sugi dan Asih duduk di depan rumah mereka yang dibangun dengan dana bantuan rehab RTLH ditambah uang hasil menjual sapi, Senin (19/10/2020). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN --  Pasangan suami istri Wiyono Sugi dan Asih, warga Dukuh/Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan, Klaten, menjual sapi untuk menambah biaya merehab rumah lantaran bantuan rehab RTLH yang diterima dari Pemprov Jateng tak cukup untuk membenahi rumah mereka secara total.

Kini setelah diperbaiki dengan dana bantuan rehab RTLH dan hasil menjual sapi, rumah berukuran 3 meter x 7 meter yang mereka tinggali berdinding tembok, beratap baru dengan genting berwarna cokelat yang masih bersih dari lumut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Memanfaatkan bantuan rehab Rumah Tak Layak Huni (RTLH) dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng), Sugi memperbaiki rumahnya dua bulan lalu.

Pendaftaran PTPS di Sragen Diperpanjang Lagi hingga Senin (26/10/2020)

Bangunan baru itu menggantikan rumah tak layak huni yang dia tempati sebelumnya. Bangunan rumah lawas berdinding gedek. Beberapa bagian gedek sudah berulang kali ditambal begitu pula dengan bagian atap kerap bocor ketika hujan mengguyur.

Sugi menceritakan rumah gedek dia bangun pascagempa bumi hebat mengguncang pada 2006 silam. Rumahnya menjadi salah satu rumah yang rusak parah hingga tak bisa ditempati lagi.

“Rumah roboh karena gempa. Karena tidak bisa bangun lagi, akhirnya saya bangun menggunakan gedek,” kata Sugi saat ditemui di rumahnya, Senin (19/10/2020).

Sering Bocor dan Hampir Roboh

Tambah tahun rumah gedek yang dia tempati kian rusak. Sementara, enam anak Sugi dan Asih ada yang tinggal berdekatan dengan rumahnya serta ada yang sudah merantau ke Magelang serta tinggal di Kecamatan Karangnongko.

“Sudah sering bocor, rumah hampir roboh,” kata kakek yang memperkirakan umurnya kini sudah mencapai 80an tahun tersebut.

Oleh pemerintah desa setempat, rumah Sugi menjadi salah satu rumah yang diusulkan mendapatkan bantuan rehab RTLH ke pemprov.

Polisi Ungkap Ada Bekas Selotip di Tangan dan Luka di Dahi Wanita Terbakar Dalam Mobil Sukoharjo

Usulan itu disetujui hingga Sugi mendapatkan bantuan dana rehab senilai Rp10 juta. Setelah dipotong pajak, dana rehab yang diterima Sugi sekitar 8,8 juta.

Dengan nominal itu, Sugi tak bisa merehab total rumahnya. Alhasil, dia menjual satu dari dua sapi yang dia pelihara. Sapi berhasil dijual seharga Rp17 juta.

Dengan total dana sekitar Rp25 juta, Sugi memanfaatkan untuk membeli berbagai macam bahan bangunan seperti batu bata, kayu, pasir, semen, dan lain-lain.

Pada Agustus lalu, rumah gedek yang dia tinggali selama belasan tahun ini dirobohkan. Proses pembangunan dimulai dan dilakukan secara gotong royong oleh anak-anaknya. Kini rumah Sugi yang semula berdinding gedek sudah berganti tembok.

Duh, 25 Jenis Ikan Lokal di Perairan Jatim Sudah Punah

Begitu pula atapnya yang sudah diganti dengan kayu-kayu penyangga yang kokoh termasuk genting baru. Temboknya belum dicat dengan lantai plester.

Bagian dalam rumahnya tersekat menjadi dua bagian berisi perabotan seperti almari, meja, dipan, serta televisi tabung. “Nggih dereng ngertos tesih bocor mboten amargi dereng jawah [Belum tahu masih bocor atau tidak karena sampai sekarang belum pernah hujan],” kata Sugi.

Sugi tak masalah kehilangan satu sapinya lantaran dijual untuk menggenapi biaya rehab rumah. Bagi Sugi, yang penting rumahnya tak reyot lagi. Begitu pula dengan Asih. Meski tetap harus memasak di luar rumah, dia tak masalah asalkan bisa tidur nyenyak di rumahnya.

Koordinator Fasilitator Pendamping RTLH Klaten, Anton Sanjaya, menjelaskan ada 130an RTLH yang dibangun menggunakan dana rehab dari pemprov.

Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

Nominal bantuan sekitar Rp10 juta dengan bantuan yang diberikan ke penerima berupa bahan material sesuai kebutuhan yang sudah dibikin dalam rancangan anggaran biaya (RAB).

Sasaran penerima bantuan rehab RTLH dari provinsi yakni warga yang masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) yang masih tinggal pada rumah gedek.

Anton mengakui dana bantuan Rp10 juta tak cukup jika harus digunakan untuk rehab total rumah apalagi dari bangunan rumah gedek menjadi rumah bertembok.

“Bantuan diberikan bersifat stimulan. Harapannya, dengan bantuan itu muncul swadaya warga untuk memperbaiki rumah mereka sendiri,” kata dia.



Bupati Madiun Berang Ada Banyak Sampah Popok di Sungai Mengering

Lantaran hal itu, tak jarang ditemui para penerima bantuan RTLH bisa memperbaiki rumah secara total ditambah dengan biaya swadaya dari hasil uang tabungan, menjual ternak, dan lain-lain.

“Iya, justru banyak yang bisa memperbaiki melebihi ekspektasi kami. Kalau dilogika, tentu tidak mungkin dana Rp10 juta yang masih dipotong pajak bisa digunakan untuk memperbaiki rumah dari gedek menjadi rumah permanen. Contoh kasus di Desa Gaden, Kecamatan Trucuk itu ada rumah yang dulunya gedek kini mulai dibangun permanen dan lebih luas lagi. Kalau perkiraan bisa mencapai Rp30 juta-Rp50 juta untuk membangun rumahnya. Kami juga tidak tahu dari mana tambahan uangnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya