SOLOPOS.COM - Danone Indonesia menggelar Kembali pelatihan untuk peternak muda milenial di lingkar Merapi yaitu Boyolali, Yogyakarta, dan Klaten, belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI-– Danone Indonesia menggelar kembali pelatihan untuk peternak muda milenial di lingkar Merapi yaitu Boyolali, Yogyakarta, dan Klaten, belum lama ini. Kegiatan yang dilakukan daring ini bertujuan membangun stigma positif tentang peluang dan tantangan menjadi peternak.

Seminar dibuka oleh Bupati Boyolali Muhammad Said Hidayat. Peserta berasal dari berbagai universitas yang ada di Soloraya dan Yogyakarta diantaranya UGM Yogyakarta, Undip Semarang, Universitas Boyolali, Universitas Islam Batik Surakarta, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas Bangun Veteran Sukoharjo, Akademi Peternakan Karanganyar.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Selain itu ada juga peserta dari luar wilayah tersebut yakni, Institut Pertanian Bogor. Hadir juga dari perwakilan dari Kementerian Pertanian dan pihak-pihak lain yang merupakan jaringan dari peserta seminar yang tersebar di seluruh Indonesia seperti dari Aceh, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku.

Baca Juga: Dorong Ekspor Komoditas Pertanian, BNI Tawarkan KUR Bagi Petani Porang

Dalam diskusi tersebut dibahas tentang susu segar merupakan salah satu komoditi yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Menurut data Kementerian Pertanian konsumsi rata-rata susu segar saat ini sebesar 11.09 liter/kapita/tahun, masih di bawah target konsumsi 20 liter/kapita/tahun. Hal tersebut menjadi peluang bagi peternak untuk mengembangkan peternakan susu sapi perah di Indonesia yang memiliki penduduk lebih dari 270 juta jiwa.

Saat ini kebutuhan susu segar dalam negeri (SSDN) hanya mampu dipenuhi sekitar 20%, sedangkan sisanya masih menggantungkan dari impor.

Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menyatakan peternak perlu mendapatkan pengetahuan yang terbaru tentang bagaimana mengelola peternakan lebih efektif dan efisien juga menghasilkan produk yang baik.

”Hal tersebut sejalan dengan visi Danone yaitu One Planet One Health dimana Kesehatan bumi kita saling terkait dengan Kesehatan manusianya. Peternakan yang efektif dalam pengelolaan kendang dan limbahnya tentunya juga akan berdampak pada kualitas susu yang dihasilkan nantinya,” ujar Karyanto.

“Kami tidak bergerak sendiri, LPTP Surakarta kami gandeng sebagai mitra pelaksana untuk melaksanakan pendampingan peternak. Program ini sendiri juga selalu melalui konsultasi dengan tiga pemerintah daerah di Sleman, Klaten dan Boyolali. Salah satu dampingan kami di Desa Mundu mendapatkan apresiasi sebagai Juara 1 Lomba Kelompok Tani Ternak Berprestasi kategori Sapi perah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah pada Juli 2021 lalu,” tambah Karyanto.

Baca Juga:  Tes PCR Gratis Citilink dan SiCepat Ekspres Diperpanjang, Cek Syaratnya

Krisis Peternak

Direktur Program LPTP Sumino, memaparkan data yang ia peroleh dalam studi sederhana yang dilakukan menunjukkan bahwa profil peternak sapi perah mitra Sarihusada saat ini sebanyak 60% peternak berusia di atas 50 tahun, dan sisanya berusia di bawah 50 tahun.

Peternak dengan usia di bawah 30 tahun yang dinilai masih produktif hanya berkisar 20%. “Dalam 10-15 tahun kedepan, kita akan mengalami krisis peternak,” jelasnya.

Sementara itu, Dosen UNS Solo dan pelaku peternakan sapi perah yang tinggal di Boyolali, Sigit Prastowo, mengatakan, minat mahasiswa Peternakan untuk terjun di sektor peternakan sapi perah masih minim.

Padahal, mereka memiliki peranan penting dalam meneruskan pengembangan usaha peternakan sapi perah. Mahasiswa ini disebabkan karena dianggap tidak menjanj
ikan masa depan.

“Padahal dengan membanjirnya informasi saat ini, pemuda memiliki peluang untuk memberikan sentuhan teknologi dalam system peternakan saat ini, banyak hal baru bisa dikembangkan, dan ini adalah tantangan” ujar Sigit.

Hal senada juga disampaikan Retnawati, salah satu narasumber peternak muda dari Sleman yang memiliki latar belakang pendidikan akunting.

“Menjadi peternak memerlukan ketekunan, menjadi peternak juga tidak bisa sendiri, dengan bergabung dalam kelompok tani, berbagi dan saling mendukung, tantangan menjadi peternak akan bisa diatasi, dan peternak bisa maju bersama,” tegasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya