SOLOPOS.COM - Petugas Balai Laboratorium Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY melakukan uji kualitas udara dengan metode passive sampler belum lama ini. (Dok. DLHK DIY)

Solopos.com, JOGJA — Penerapan PPKM yang berlangsung sejak Juli lalu disebut berdampak pada kualitas udara di Kota Jogja. Menurunnya mobilitas masyarakat akibat adanya pembatasan membuat emisi gas kendaraan bermotor carbonmonoksida (CO) menurun.

Kualitas udara Kota Jogja disebut kian membaik seiring dengan berlanjutnya penerapan PPKM. Kawasan perkotaan yang identik dengan polusi dan udara tak sehat menjadi pengecualian di Kota Pelajar. Kecemasan terhadap dampak menghirup udara tak lagi dikuatirkan oleh masyarakat di masa pandemi Covid-19 ini.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Fenomena kualitas udara yang membaik diduga kuat akibat berkurangnya mobilitas masyarakat di masa pandemi Covid-19. Adanya pembatasan dan imbauan di rumah saja untuk menekan kasus sebaran Covid-19 berimbas pula pada iklim perkotaan. Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Jogja juga mengamini kondisi ini.

Meskipun demikian, data-data laporan harian yang diperoleh dari sensor alat pemantauan kualitas udara Air Quality Monitoring Station (AQMS). Yakni terkait dengan sejumlah indikator kualitas udara perlu pula disandingkan dengan angka rill mobilitas masyarakat. Yang dari Dinas Perhubungan agar akurasi mobilitas masyarakat terhadap kualitas udara kian linier.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Aturan Ganjil Genap ke Tebing Breksi Diberlakukan, Puluhan Kendaraan Diputar Balik

Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Jogja, Sutomo dengan rinci memaparkan bahwa di masa PPKM sejumlah indikator kualitas udara memang menunjukkan tren yang menurun dan semakin membaik. Menurut laporan, indeks kualitas udara bahkan membaik sampai 40-50 persen mulai Juni lalu.

Secara sederhana, PM atau particulate matter adalah indikator umum dalam melihat buruk atau baiknya kualitas udara suatu wilayah. Jika PM 2,5 di bawah angka 60 mikrogram per meter kubik dan PM 10 di bawah 150 mikrogram per meter kubik, kualitas udara suatu wilayah bisa digolongkan termasuk dalam keadaan sehat.

Indikator Kualitas Udara Jogja

Paparan Sutomo menunjukan bahwa indikator PM 2,5 dan PM 10 Kota Jogja menurun sangat baik di masa PPKM ini. Untuk PM 10 pada Juni menunjukkan angka 27, Juli turun ke 21, Agustus turun lagi ke 16, kemudian September turun sampai ke 14 rata-rata hariannya. Kemudian untuk PM 2,5 Juni berada di angka 18, Juli turun ke 14, Agustus 10 dan September berada di angka 9 rata-rata hariannya.

“Memang untuk PM 10 dan PM 2,5 rata-rata hariannya turun terus. PM 10 kalau Juni 27 dan sekarang 14 itu turun sudah sekitar separuh atau 50 persennya. Begitu juga dengan PM 2,5 yang di Juni 18 dan September ini di angka 9,” jelas Sutomo,” Jumat (17/9).

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Akhir Pekan, Pemkot Jogja Siapkan Isoter

Sutomo bilang, data laporan itu diperoleh secara harian dan bahkan per setengah jam dari AQMS yang dipasang di kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Jogja. Secara sederhana pula, alat khusus itu bekerja dengan sensor yang mampu menangkap sejumlah indikator berupa indeks kualitas udara, curah hujan, kecepatan angin, meteorologi dan sebagainya.

Selain pengukuran lewat AQMS, DLH Kota Jogja juga melakukan pengujian kualitas udara secara mobile di sejumlah titik. Ada 15 titik yang terdiri dari kampung padat penduduk dan jalan raya yang diambil sampel udaranya untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium. Upaya ini dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun guna berbagai keperluan.

“Kalau saat mobile, petugas menggunakan alat khusus dengan tambahan larutan dan instrumen alat kemudian dipasang di titik tertentu dengan durasi satu jam. Kemudian ada pompa hisap yang menjebak udara di dalam wadah dengan parameter yang berbeda pula. Nah setelah itu baru dibawa ke lab untuk diuji dengan instrumen kami barulah diketahui konsentrasi parameter alat bantu tadi berapa,” ujar Sutomo.

Baca juga: Jelang Uji Coba PTM, Vaksinasi Pelajar SMP Terus Dikebut

 Pemantauan Kualitas Udara Jogja

Selain kandungan CO yang menurun yang biasanya lebih banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Membaiknya kualitas udara menurut Sutomo ada banyak indikator yang mempengaruhi. Kondisi cuaca seperti hujan juga kadang berpengaruh terhadap kandungan partikel debu dan indikator pengukuran lain menjadi lebih baik.

“Kalau yang paling dominan memang mobilitas warga. Hujan juga cukup berpengaruh karena kandungan PM ini kan ada juga dari partikel debu yang terbang di udara. Ketika ada hujan udara jadi tercuci, mungkin begitu sederhananya. Tapi memang tanpa hujan pun tren kualitasnya juga menurun, kuat memang dari mobilitas tadi,” ungkapnya.

Pemantauan kualitas udara suatu wilayah juga bisa dilakukan warga melalui genggaman. Hasil dari alat AQMS bisa dilihat melalui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Net, aplikasi khusus berbasis Android yang memungkinkan warga melihat kondisi kualitas udara secara realtime di seluruh Indonesia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya