SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Solopos.com, KLATEN—Sekitar 50% saluran irigasi yang ada di Klaten terganggu oleh tebalnya abu vulkanis dari Gunung Kelud. Akibatnya, aliran air menjadi terhambat karena dampak sedimentasi abu vulkanis yang sangat tebal.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten, Harjaka, memaparkan sedimentasi tersebut terjadi hampir di seluruh saluran irigasi di Klaten. Hingga saat ini, Bidang SDA DPU Klaten mencatat panjang saluran irigasi induk primer ada sekitar 43.000 Kilometer (Km). Sedangkan, saluran irigasi sekunder panjangnya sekitar 483.000 Km.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati demikian, pihaknya tidak memiliki data resmi berapa total panjang saluran irigasi tersier dan kuarter yang mengarah ke lahan pertanian. Pihaknya memperkirakan  kedua tipe saluran irigasi tersebut lebih panjang dari pada primer dan sekunder.

“Dari jumlah tersebut, pelayanan aliran air pada saluran irigasi tersebut hanya optimal 50 persen. Tidak optimalnya aliran irigasi itu disebabkan saluran terkena sedimentasi abu vulkanis,” paparnya kepada wartawan di Klaten, Kamis (20/2/2014).

Lebih lanjut, dia mengatakan sedimentasi pada saluran irigasi itu akan lebih terlihat dalam tiga pekan ke depan. “Saat ini belum begitu terlihat parahnya sedimentasi pada saluran irigasi. Namun, dalam tiga pekan ke depan mungkin sudah bisa kelihatan abu vulkanis yang mengendap tersebut,” jelasnya.

Harjaka menegaskan kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya waga yang membuang abu vulkanis di sungai. “Jika sedimentasi terus bertambah, dikhawatirkan bisa mengakibatkan banjir,” tegasnya.

Selain menghambat irigasi, abu vulkanis juga menyebabkan saluran pembuangan atau drainase tersumbat. Tersumbatnya drainase tersebut dirasakan di sejumlah titik perkotaan. Hal itu terbukti dengan tersumbatnya aliran air di jalan saat terjadi hujan deras.

Atas kondisi tersebut pihaknya mengimbau warga agar tidak membuang abu vulkanis ke saluran pembuangan maupun ke sungai. “Kami mohon supaya tidak membuang abu vulkanis ke sungai. Namun, abunya dibuang saja ke kebun atau area pertanian. Sebab, abu vulkanis itu bisa menyuburkan tanah,” imbaunya.

Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Sri Winoto, mengatakan status darurat bencana Gunung Kelud di Klaten telah dicabut pada Kamis. Pencabutan itu dilakukan setelah Klaten menetapkan darurat bencana selama tujuh hari pasca meletusnya Gunung Kelud. “Dengan berakhirnya masa darurat, maka mulai Jumat masuk ke tahap transisi ke pemulihan. Kegiatan akan kembali dalam kondisi normal,” jelasnya kepada wartawan di Klaten, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya