SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Gempa bumi skala besar dan tsunami yang melanda Jepang telah meluluhlantakkan negeri dengan perekonomi terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China itu. Tsunami yang diakibatkan gempa dahsyat berkekuatan 9 skala Richter telah menghantam beberapa wilayah pantai timur Jepang, seperti Sendai, Fukuyama dan Kyoto Utara, sehingga meluluhlantakkan berbagai sektor, terutama sektor transportasi dan telekomunikasi.
   
Jepang mungkin sudah sangat siap dengan bencana gempa bumi yang sering melanda berbagai kawasan ini. Namun, Jepang terlihat kurang siap dengan bencana ikutan berupa tsunami. Hal ini terlihat dari besarnya korban jiwa dan kerugian/kerusakan  fisik yang demikian parahnya.
   
Padahal, kawasan Sendai, Fukuyama dan jajaran pantai timur Jepang merupakan daerah kawasan padat industri, yang selama ini menopang perekonomian Jepang. Di kawasan ini bahkan terdapat pelabuhan raksasa yang merupakan sentra pendistribusian barang dari dan menuju Jepang. Di Sendai, kawasan yang paling parah terkena bencana tsunami, merupakan salah satu sentra industri retail dan jasa serta pusat populasi terbesar di Jepang. Kantor pusat raksasa elektronik merk Sony bahkan berlokasi di kawasan ini. Parahnya lagi, di pantai timur Jepang, juga bercokol pabrik Toyota.

Dampak Ekonomi   

Akibat bencana ini, seluruh pelabuhan, utamanya di pantai timur Jepang ditutup untuk sementara waktu. Penutupan pelabuhan ini jelas akan mengganggu aktivitas ekspor dan impor serta membawa dampak buruk bagi perekonomian global. Maklum, Jepang merupakan salah satu urat nadi perekonomian global-internasional.
   
Lesunya perekonomian Jepang jelas berdampak buruk bagi perekonomian nasional Indonesia sebab Jepang selama ini menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dan pengaruhnya tidak hanya perdagangan bilateral namun investasi Jepang di Indonesia. Yang pasti, bencana ini akan mengganggu aktivitas perdagangan Indonesia-Jepang, utamanya ekspor migas Indonesia akibat kerusakan atau berhentinya aktivitas tangki minyak di kawasan sekitar pelabuhan yang terhantam tsunami.
   
Ekpor migas Indonesia ke Jepang selama ini cukup tinggi. Gas dari Indonesia dipakai untuk pembangkit tenaga listrik di Tokyo. Total perdagangan migas Indonesia-Jepang di tahun 2009 mencapai USD 6,628 milyar. Pada tahun 2010 naik 40% menjadi USD 9.340 milyar. Adapun nilai pedagangan non migas naik 53%, dari USD 21,789 milyar menjadi USD 33,407 milyar di tahun 2010. Selama 2010, ekspor non moigas  ke Jepang menembus angka USD 16,49 milyar. Hal ini menjadikan Jepang sebagai negara tujuan ekspor Indonesia terbesar.

Kerusakan pabrik elsktronik Sony dan pabrikan Toyota, setidaknya juga akan mengganggu ketersediaan produk elektronik dan otomotif di pasar Indonesia. Langkanya produk dari Jepang ini akan mendongkrak harga barang yang bersangkutan. Atau kalaupun tidak akan menurunkan permintaan barang-barang impor tersebut. Padahal, impor elektronik dan otomotif dari Jepang ke Indonesia, selama ini paling besar. Untuk produk eletronik, mungkin akan segera diisi oleh produk dari China. Padahal, kondisi ini merupakan peluang bagi pemain domestik untuk ikut memainkan peran pentingnya sebagai tuan rumah yang baik.
   
Untuk itu, butuh beberapa waktu untuk memulihkan kemandekan ekonomi Jepang sehingga Indonesia harus cerdas mencari ceruk pasar baru untuk memasarkan produk yang selama ini terserap pasar Jepang. Minimal untuk sementara waktu harus mencari terobosan baru untuk menutup turunnya permintaan barang dan jasa dari Indonesia. Para menteri dibawah komando Menko Perekonomian, dan bersinergi dengan para pengusaha (eksportir) harus mampu mencarikan terobosan baru pasar ekspor manca negara. Kalau tidak, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,4% di tahun 2011 ini akan bisa terganggu.
   
Bagaimanapun juga, terganggunya aktivitas ekonomi Jepang harus diantisipasi sejak dini. Janganlah kita terlena. Langkah antisipatif sejak dini harus dilakukan sesegera mungkin karena negeri ini juga tengah bergelut dengan kongjuntur perekonomian yang kian menurun. Jadi, belum tentu negeri ini akan mampu bangkit secepatnya. Bagaimanapun juga skenario terburuk harus kita buat. Misalnya saja, bagaimana kalau dalam tempo enam bulan, belum ada kemajuan berarti dalam bidang ekspor-impor Indonesia-Jepang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya