SOLOPOS.COM - Bus-bus terparkir di Terminal Ir Soekarno Klaten sejak ada pelarangan Mudik hingga moda transportasi umum disetop sementara sejak 24 April lalu. Foto diambil Jumat (1/5/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, SEMARANG -- Sekitar 2.000 angkutan umum di Kota Semarang berhenti beroperasi alias mangkrak akibat dampak pandemi virus corona atau Covid-19. Hal itu disampaikan Ketua Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Semarang, Bambang Pranoto, Jumat (1/5/2020).

Bambang menyebut pandemi Covid-19 turut memberikan dampak pada sektor bisnis transportasi. Terbukti, banyak pengusaha mobil angkutan umum di Semarang yang memilih untuk tidak mengoperasikan kendaraan karena sulitnya mendapatkan penumpang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Covid-19 Karyawan Sampoerna Sejak 14 April, Pemkot Surabaya Bantah Terlambat

“Dampaknya luar biasa, untuk angkutan umum yang ada di Semarang sekitar 2.500-an, yang beroperasi di jalan enggak sampai 500 unit,” tutur Bambang saat dihubungi wartawan.

Bambang menyebutkan imbas pandemi Covid-19 paling terasa pada angkutan bus pariwisata. Sejak 16 Maret, hampir seluruh angkutan umum bus pariwisata di Semarang mangkrak lantaran sejumlah objek wisata ditutup selama pandemi Covid-19.

#UndipKokJahatSih Trending, Ini Jawaban Undip Semarang Soal Kenaikan UKT

“Yang pertama terdampak itu bus pariwisata, lalu angkutan umum dan taksi. Bahkan, saya dapat kabar ada salah satu perusahaan taksi di Semarang harus memadamkan listrik di kantor karena sudah tidak kuat bayar listrik,” tuturnya.

Hal ini, lanjut Bambang pun berimbas pada turunnya penghasilan sopir. Jika sebelum pandemi virus corona, sopir bisa meraup pendapatan Rp200.000-Rp250.000, maka saat ini hanya berkisar Rp70.000.

Pengunjung RS Siloam Lippo Village Wajib Rapid Test, Tapi Bayar Rp250.000

“Sebelum corona, pendapatan kotor sopir itu bisa mencapai Rp200.000-Rp250.000. Dipotong setoran ke pemilik antara Rp100.000-Rp120.000, ditambah biaya operasional, sopir bisa pegang Rp50.000-Rp70.000. Nah, sekarang paling dapat hanya Rp70.000, kalau dipotong setoran kan jadi tombok,” terangnya soal banyaknya angkutan umum di Semarang yang mangkrak.

Minta Bantuan

Dengan kondisi ini, Bambang pun berharap ada bantuan dari pemerintah kepada para sopir angkutan umum di Semarang.

Jual-Beli Kursus Kartu Pra Kerja Diprotes, Ruangguru Hapus Kelas Jurnalistik

“Sangat kami harapkan segera, karena kondisinya seperti ini. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah kepada para pelaku angkutan di Semarang,” ujar Bambang.

Tak hanya angkutan umum di Semarang yang mangkrak, kondisi serupa juga terjadi di kota-kota lain seperti Solo.Larangan mudik yang diberlakukan pemerintah pusat untuk membendung persebaran Covid-19 memaksa perusahaan angkutan bus lintas provinsi di Solo tiarap.

Bayi 1 Bulan di Grobogan Positif Covid-19, Diduga Tertular di RSUP Kariadi Semarang

Informasi yang diperoleh Solopos.com, 99 persen dari 1.300 unit bus yang masuk Terminal Tirtonadi Solo berhenti beroperasi. Pantauan kondisi di terminal tipe A tersebut, Selasa (28/4/2020), area parkir bus lengang.

Tidak ada penumpang yang duduk di ruang tunggu penumpang. Hanya ada sejumlah petugas terminal dan satuan keamanan. Situasi serupa terjadi di loket agen bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Akibat larangan mudik, seluruhnya loket agen bus yang berjumlah 86 unit di terminal terbesar di Solo itu tutup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya