SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Belakangan  kehidupan banyak warga yang tinggal di tepi ruas-ruas jalan utama  tidak tenang karena suara bising knalpot kendaraan bermotor yang tidak sesuai standar. Suara bising dari knalpot racing mengganggu ketenangan dan kenyamanan banyak orang.

Knalpot adalah bagian kendaraan bermotor. Bagian ini biasanya digunakan sebagai saluran pembuangan dari ruang bakar mesin. Knalpot dapat digunakan mengurangi polusi suara.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Knalpot dirancang sedemikian rupa agar suara dari letupan di ruang bakar dapat diredam. Knalpot mengurangi polusi suara yang dapat mengganggu masyarakat atau pengendara lainnya, mengurangi efek kejut pada jantung ketika knalpot membuang emisi gas buang.

Pabrikan kendaraan bermotor harus menaati regulasi tingkat kekerasan suara knalpot yang mengikuti kebutuhan kapasitas mesin. Sepeda motor dengan cubicle
centimeter atau CC sebesar 80 hingga 175 memiliki tingkat kebisingan maksimal 75 dB (desibel). Motor di atas 175 CC memiliki batas kebisingan maksimal 83 dB.

Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2019 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru. Sekarang banyak pengguna sepeda motor mengganti knalpot standar dengan knalpot yang menghasilkan suara keras, bahkan melebihi batas kebisingan.

Knalpot standar jamak diganti dengan knalpor bersuara keras atau biasa disebut dengan knalpot racing. Mereka yang memasang knalpot racing itu jamak belum tahu dampak knalpot racing. Rata-rata mereka hanya mengganti knalpot tanpa memikirkan efeknya.

Penggantian knalpot seperti itu melanggar perundang-undangan dan menyebabkan komponen motor cepat aus atau mesin lekas rusak. Dalam penggantian knalpot standar dengan knalpot racing seharusnya memikirkan dampaknya, tidak hanya menuruti hawa nafsu.

Saat pemasangan knalpot racing jamak tidak mempertimbangkan konsumsii bahan bakar dan tidak melakukan penyesuaian mesin. Mesin akan mengalami detonasi sebab pembuangan cepat tidak diimbangi kebutuhan masuknya bahan bakar ke dalam ruang bakar.

Dalam beberapa kesempatan saya melakukan riset kecil-kecilan tentang penggunaan knalpot racing tanpa perubahan debit bahan bakar di motor. Riset ini menggunakan alat air flow ration meter atau AFR meter.

Alkat ini untuk membaca kadar oksigen hasil pembakaran. Alat ini membaca campuran udara dan bahan bakar. Pada knalpot standar AFR meter menunjukan angka 14,3:1. Sesudah menggunakan knalpot racing angkanya 14,9:1–15,6:1.

Itu artinya pembakaran mesin terlalu kering. Suara mesin berubah
menjadi lebih nyaring dan mesin cepat panas. Selain kerugian material, menggunakan knalpot racing juga meningkatkan risiko stres hingga dapat berujung depresi.

Ester Orban dari Center for Urban Epidemiology di Essen University Hospital, Jerman, mengatakan meskipun tidak dapat mengatakan dengan pasti hubungan antara paparan polusi suara dengan depresi, sudah pasti kebisingan suara menyebabkan stres dan rasa
kesal, pada akhirnya bisa bermanifestasi pada gangguan kesehatan mental seseorang.

Wilda Hafny Lubis dalam artikel Stres Akut karena Bising sebagai Penyebab Terjadinya Xerostomia yang terbit di Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (2003) menjelaskan kebisingan adalah salah satu komponen fisis, dapat menimbulkan pengaruh tidak baik bagi kesehatan karena dapat memengaruhi sistem autonomik dan berpengaruh pada saraf simpatik dan parasimpatik.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987 menjelaskan kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat
membahayakan kesehatan. Bising dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
bunyi-bunyi yang tidak dikehendaki.

Dampak mengganti knalpot standar dengan knalpot racing tidak hanya pada diri sendiri, melainkan juga berimbas kepada orang lain. Sering kita jumpai kendaraan menggunakan knalpot racing berhenti di pinggir jalan.

Ketika penendaranya ditanya, ternyata kendaraan tersebut mogok dan ia tidak tau langkah untuk menanganinya. Itu bukti pengendaranya tidak tahu perihal otomotif. Mereka hanya tahu tren menggunakan knalpot racing.

Knalpot racing lebih baik digunakan sesuai fungsinya, seperti di arena balapan, kontes, dan sebagainya karena dalam kegiatan tersebut penggunaan knalpot racing pantas dan pemasangan dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 31 Januari 2023. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama di Kota Solo, Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya