SOLOPOS.COM - Gibran-Teguh naik sepeda ke Kantor KPU Solo, Jumat (4/9/2020). (Solopos.com-Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Pasangan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa sukses menyedot perhatian dengan busana tradisional Jawa saat mendaftar ke KPU Solo, Jumat (4/9/2020) siang.

Pasangan cawali-cawawali dari PDIP pada Pilkada 2020 ini tampil kompak mengenakan busana tradisional Jawa ala Ki Gede Solo. Bukan asal pakai, ternyata pemilihan busana itu sudah melalui kajian sejarah dan budaya yang mendalam mengenai filosofinya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Adalah YF Sukasno, tokoh senior PDIP Solo yang memunculkan ide pemakaian busana tradisional Jawa itu. Wakil Ketua Tim Pemenangan Gibran dan Teguh itu pun memberikan penjelasannya terkait busana calon dari PDIP Solo itu, Jumat siang.

Meledak Lagi! Solo Tambah 22 Kasus Positif Covid-19, Separuhnya Dari Manahan

“Gibran dan Teguh mendaftar ke KPU berpakaian ala Ki Gede Sala. Bagi warga Kota Surakarta [Solo] bukan hal asing dengan nama Ki Gede Sala,” kata Sukasno melalui Whatsapp kepada Solopos.com, Sabtu (5/9/2020) dini hari.

Sukasno menjelaskan Ki Gede Sala adalah tokoh yang hidup di Desa Sala sebelum dibangunnya Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. “Ki Gede Sala sederhana tapi sangat bijak dan kharismatik karena disuyuti kawula dan seluruh pendereknya,” kata Sukasno.

Kesederhanan Ki Gede Sala, tambah Sukasno, juga tercermin dalam hal berpakaian. Semuanya penuh makna yang mencerminkan hubungan Sang Pencipta Umat Manusia dan Alam.

So Sweet… Ini Foto-Foto Kemesraan Gibran dan Selvi Saat Pendaftaran Ke KPU Solo

Batik Sido Mukti

Hal itu lah yang membuat Sukasno memilih busana ala Ki Gede Sala untuk pasangan Gibran dan Teguh saat mendaftar sebagai cawali-cawawali Pilkada Solo 2020.

Saat berangkat ke kantor KPU, pasangan tersebut memakai ikat kepala dengan motif Batik Sido mukti. Juga memakai beskap landung lurik dan memakai jarit motif batik Sido Luhur.

Sedangkan untuk alas kaki, Gibran dan Teguh memakai srandal trumpah. “Semua ada makna filosofinya, iket sido mukti melambangkan jangan lupa akan Sang Pencipta maka akan terwujud semua gegayuhan atau keinginan yang baik,” jelas Sukasno.

Mendaftar Ke KPU Sragen, Yuni-Suroto Kenakan Batik Buatan Pengrajin Kliwonan

Gibran dan Teguh memakai busana beskap landung motif lurik saat mendaftar ke KPU Solo. Menurut Sukasno, itu merupakan pakaian rakyat zaman dulu. “Lurik artinya lurus dan iklas dalam pengabdian,” jelasnya.

Jarit motif Sido Luhur bermakna tercapainya keinginan luhur berbudi bawa leksana. Maksudnya, kata Sukasno, sebagai pemimpin harus bisa mewujudkan rasa tenang dan tenteram bagi semuanya.

Lebih lanjut, srandal trumpah sebagai alas kaki biasanya pada masa dulu terbuat dari kulit kerbau yang tipis tapi kuat. Hal ini mengandung arti sebagai pemimpin harus mampu dan kuat menjalankan mandat peraturan.

“Kesimpulannya, sebagai pemimpin jangan pernah melupakan Tuhan Sang Pencipta dan jangan pernah melupakan rakyat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya