SOLOPOS.COM - Menteri BUMN Dahlan Iskan (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Menteri BUMN Dahlan Iskan (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Begitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selesai pidato dan turun dari panggung, Menteri BUMN Dahlan Iskan bergegas mendampingi sang atasan yang hendak meninggalkan acara. Entah bagaimana awalnya, mantan Bos Jawa Pos ini, lupa  mengenakan sepatu kets kebesarannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Para direksi BUMN, menteri hingga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak memperhatikan insiden kecil tersebut. Dahlan lalu bercengkerama dengan para pejabat perusahaan-perusahaan pelat merah di lobi The Sahid Rich Jogja Hotel selama hampir setengah jam.

Sampai kemudian salah satu stafnya datang, dan membawakan sepasang sepatu merek DI. Tanpa canggung, menteri yang juga wartawan ini mengenakan sepatu warna hitam bergaris abu-abu di depan para tetamu yang masih mengerubutinya.

Dahlan membungkuk di atas hamparan karpet merah, dan sejurus kemudian, sepasang sepatu kets itu terpasang rapi di kedua kakinya. Itulah Dahlan, satu dari sedikit menteri paling kreatif, praktis dan jauh dari formalitas di jajaran Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

Rabu siang (10/10/2012), Dahlan memang sedang menggelar Rapat Koordinasi BUMN di Jogja. Dia mengundang sedikitnya 110 BUMN di bawah pengelolaannya. Tak tanggung-tanggung, semua anggota direksi wajib hadir dalam acara ini sekaligus minimal dua komisaris.

Bisa diduga, The Sahid Rich penuh sesak. Tidak saja oleh manajemen BUMN, juga sejumlah menteri dan mantan menteri rombongan Presiden, yang sebelumnya menghadiri pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.

Bila dilihat sekilas, sulit untuk mengenali figur direksi jika dilihat dari pakaiannya. Namun, asal perusahaan para direktur itu justru lebih menonjol, karena dibalik baju-baju sederhana mereka, melekat logo-logo perusahaan seperti Bank Mandiri, Jamsostek, Pegadaian, Timah, maupun Permodalan Nasional Madani.

Semua itu tak lepas dari perintah Dahlan agar semua peserta rapat menggunakan pakaian dinas harian staf masing-masing perusahan. Jadi praktis, tak ada dasi dan jas pada perhelatan kemarin. Presiden pun, juga cukup memakai baju safari di acara tersebut.

“Kalau kami pakai putih celana hitam, ini seragam wajib para mantri BRI, staf pemasaran yang melayani nasabah di pedasaan,” tutur, Djarot Kusumayakti, salah satu Direktur di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Menurutnya, dengan mengenakan baju staf sebenarnya lebih simpel dan leluasa. “Kalau buat saya juga tidak masalah, lebih santai dan jauh dari kesan formal,” tutur Jarot yang di BRI menangani nasabah usaha mikro kecil dan menengah.

Direktur PT Timah Tbk Abrun Abubakar mengenakan kemeja abu-abu dengan logo Timah di dada kanan. Dia mengatakan, pakaian dinas harian memang merupakan instruksi dari Menteri Dahlan.

Sejumlah direksi PT Jamsostek, berkerumun di salah satu sudut lobi. Tampak Dirut Elvyn G. Masassya mengenakan kemeja lengan pendek hijau, warna korporat dari BUMN yang bergerak di perlindungan tenaga kerja tersebut. Demikian juga dengan jajaran direksi PT Bank Mandiri Tbk dengan kemeja biru.

Bagi Dahlan, instruksi dress code bukan tanpa alasan. “Saya minta menggunakan pakaian kerja, karena itu kan rapat kerja. Supaya lebih terasa saja iklim kerjanya. Moto kami kan: kerja, kerja, kerja, jadi lebih mencerminkan korporasi,” tuturnya.

Namun, di luar dress code, sebenarnya banyak hal yang diperoleh dari momentum istimewa rapat kerja BUMN itu. Salah satunya adalah janji Presiden untuk secepatnya mengeluarkan peraturan pemerintah guna mempercepat ekspansi perusahaan.

Selama ini, sejumlah BUMN memang memiliki kendala untuk mengakses pendanaan eksternal karena status perusahaan mereka. Salah satunya adalah perusahaan perkebunan yang hendak dibuatkan sebuah induk untuk memperlincah gerakan bisnis.

Tekad Dahlan untuk menjadikan BUMN sebagai perusahaan yang bersih dan lokomotif pertumbuhan dilakukan dengan mengelompokkan perusahaan pelat merah dalam tiga bagian. Pertama, sebagai penjaga ketahanan nasional. Kedua, mesin pertumbuhan, dan ketiga jagoan internasional.

Bila ada BUMN belum termasuk dalam tiga kelompok tersebut dan menolak dibubarkan, Dahlan menawarkan untuk merger atau dijual kepada investor. Rupanya, sang Menteri ini memang mau yang praktis dan simpel, tidak mau berbelit-belit dalam mengurai persoalan. Di Jogja, ia menunjukkan dengan sepatu yang tertinggal hingga baju staf untuk direksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya