Sragen (Solopos.com) – Daging gelonggongan sudah beredar di Sragen sejak sebelum
Ramadan. Untuk mengantisipasi peredaran daging itu, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) berkoordinasi lintas instansi untuk mengintensifkan pengawasan.
sekali, maka pada bulan puasa ini operasi lebih diitensifkan,” ujar Eka.
Dia menguraikan dampak penjualan daging gelonggongan itu sangat merugikan konsumen. Kadar air dalam daging yang berlebihan, kata dia, mengakibatkan daging mudah busuk dan tidak layak konsumsi. “Yang jelas daging gelonggongan sudah beredar di Sragen. Saya tidak perlu menyalahkan darimana asal daging itu. Yang penting kami berusaha mengamankan Sragen dari peredaran daging gelonggongan,” tuturnya.
Eka mengaku segera membuat jadwal untuk operasi rutin ke sejumlah pasar tradisional. Dia akan berkoordinasi dengan asisten Sekretaris Daerah (Sekda) untuk menjadwalkan operasi rutin terhadap peredaran daging gelonggongan.
Terpisah, Kepala Dinas Pendapatan dan Perpajakan Daerah (DP2D) Sragen, Adi Dwijantoro, mengungkapkan tim DP2D juga terus memantau sejumlah pasar tradisional. Selain memantau peredaran daging gelonggongan, ujar dia, DP2D juga memantau perkembangan harga sembilan bahan pokok (Sembako) di pasar tradisional. “Selama Ramadan ini, kami belum menemukan adanya daging gelonggongan. Namun, kami memang mendapat laporan Disnakkan pernah menyita daging gelonggongan sebelum puasa lalu. Biasanya memang ada operasi gabungan lintas instansi. Kapan pelaksanaannya dan
targetnya mana saja, ya tunggu saja,” tandasnya.
trh