SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok.SOLOPOS)

Solopos.com, SOLO -- Setelah mengalami deflasi pada dua bulan berturut-turut, Solo kembali mengalami inflasi sebesar 0,25% di bulan Oktober 2019. Tercatat daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, Totok Tavirijanto, inflasi disebabkan adanya kenaikan harga-harga yang ditunjukkan oleh naiknya angka indeks harga konsumen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yaitu kelompok bahan makanan naik 0,55%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,20%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,07%; kelompok sandang naik 0,3%; kelompok kesehatan naik 0,06%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,51% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik 0,11%," kata dia dalam paparannya belum lama ini.

Dia menyebutkan laju inflasi tahun kalender atau dari Januari-Oktober 2019 sebesar 2,21%. Sedangkan laju inflasi year on year sebesar 3,02%.

Ekspedisi Mudik 2024

Berdasarkan berita resmi statistik BPS Solo, selain daging ayam ras, sawi hijau, biaya pendidikan di perguruan tinggi, kangkung, emas perhiasan, bayam, buku pelajaran SD, tarif angkutan udara, cabai merah, air kemasan, tomat sayur dan labu siam juga turut menjadi komoditas utama penyumbang inflasi.

Sebaliknya komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menghambat besarnya inflasi di antaranya telur ayam ras, cabai rawit, petai, cabe hijau, nangka muda, udang basah, kentang, apel dan parfum.

Disebutkan, daging ayam ras naik 5,42% dengan memberi andil inflasi sebesar 0,05%, sawi hijau naik 24% dengan andil inflasi sebesar 0,03%, biaya pendidikan perguruan tinggi naik 1,28% dengan andil inflasi 0,02%, kangkung naik 18,24% dengan andil inflasi 0,02%.

Kemudian emas perhiasan naik 2,22% dengan andil inflasi sebesar 0,02%, bayam naik 14,30% dengan andil inflasi 0,02%, buku pejaran SD naik 15,22% dengan andil inflasi 0,02%.

Selai itu, tarif angkutan udara naik sebesar 1,70% dengan andil inflasi 0,02%, cabai merah naik 4,02% dengan andil inflasi 0,01%, air kemasan naik 1,67% dengan memberi andil inflasi 0,01%, tomat sayur naik 15,82% dengan andil inflasi 0,01%, dan labu siam naik 12,08% dengan andil inflasi 0,01%.

Dari enam kota di Jawa Tengah yang dihitung angka inflasinya, pada Oktober 2019 tercatat ada tiga kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di kota Solo sebesar 0,25% diikuti kota Tegal 0,13% dan Kota Kudus 0,10%. Sebaliknya deflasi terbesar terjadi di kota Purwokerto sebesar 0,08%, diikuti kota Cilacap 0,07% dan kota Semarang 0,06%.

Diketahui pada dua bulan sebelumnya, yakni Agustus dan September 2019, Solo mengalami deflasi. Pada Agustus 2019 Solo mengalami deflasi sebesar 0,16% dan pada September 2019 mengalami deflasi sebesar 0,26%.

Sementara itu berdasarkan informasi yang diunggah di Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (Sihati) PHPS Jawa Tengah, harga daging ayam ras di Solo pada Oktober 2019 mengalami tren peningkatan.

Terlihat pada 30 September 2019 harga daging ayam ras sekitar Rp31.300/kg. Kemudian pada 1 Oktober 2019 naik menjadi Rp32.000/kg. Sedangkan pada 31 Oktober 2019 harga daging ayam ras sekitar Rp32.600/kg.

Salah satu pedagang makanan di Solo, Heri, mengatakan pada November ini harga daging ayam ras sedikit menurun.

"Biasanya saya beli 3 kg. Oktober lalu 3 kg dihargai Rp100.000. Tapi masuk November ini dihargai Rp95.000. Sebelum Oktober harga biasanya juga sekitar Rp95.000," kata dia kepada , Sabtu (2/11/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya