SOLOPOS.COM - Sungai yang melintasi wilayah Desa Puron, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, mengering saat musim kemarau, Selasa (28/7/2020). (Solopos-R. Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Ratusan keluarga di Dusun Kedungunut, Desa Puron, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, satu bulan terakhir kesulitan mendapatkan air bersih seiring berlangsungnya musim kemarau.

Debit air sumur dalam di Kedungunut menyusut saat musim kemarau sehingga tak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Begitu pula, sungai yang melintas di wilayah Desa Puron mengering padahal saat ini belum puncak musim kemarau.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kami kesulitan mencari air bersih sejak satu bulan terakhir. Air sungai masih mengalir namun hanya bisa untuk mandi dan memberi makan hewan ternak. Untuk memasak dan minum harus membeli air bersih,” kata Wawan, salah seorang warga Kedungunut, saat berbincang dengan solopos.com, Selasa (28/7/2020).

Gunung Sepikul Sukoharjo Di-lockdown, Goweser Kecele Tak Bisa Selfie

Wawan rela bangun subuh hari demi mengantre mengambil air di sungai yang jaraknya ratusan meter dari rumahnya. Hampir tiap hari, Wawan membawa ember berukuran besar untuk mengambil air di sungai. Air dari sungai itu hanya digunakan untuk mandi dan memberi makan hewan ternak.

Dia pun harus merogoh kocek pribadi untuk membeli air bersih untuk keperluan memasak dan minum. Satu jeriken berisi air bersih dibanderol Rp3.000. Biasanya, Wawan membeli dua-tiga jeriken air bersih setiap hari.

Warga Kedungunut harus menghemat pemakaian air bersih setiap hari. Air bersih yang digunakan untuk mandi dan memasak dihemat.

Kawanan Kera Rusak Perkebunan Hingga Masuk Rumah Warga Di Bulu Sukoharjo

Sementara aktivitas lain yang membutuhkan air bersih seperti mencuci harus menunggu bantuan air bersih dari pemerintah atau donatur.

"Mau tak mau, kami tetap mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah dan donatur. Biasanya, sudah ada bantuan air bersih dari pemerintah," ujar dia.

Ada dua rukun tetangga (RT) di Dusun Kedungunut yang menjadi daerah krisis air bersih saat musim kemarau. Wilayah itu terletak di lereng perbukitan gersang yang minim sumber air bersih.

Pasokan Air Bersih

Tak ayal, warga setempat mengandalkan bantuan air bersih selama berbulan-bulan hingga memasuki musim penghujan. Jumlah keluarga di dua RT tersebut sekitar 200 keluarga.

“Pada tahun lalu, pasokan air bersih dikirim dua kali dalam sepekan. Saat mobil tangki air bersih datang, warga sudah mengantre panjang. Air bersih menjadi kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari sehingga harus diprioritaskan,” papar dia.

Cerita Penghuni RSC Sukoharjo: Berkaraoke hingga Olahraga Rutin Bikin Sembuh

Di wilayah Kecamatan Bulu, ada beberapa daerah rawan kekeringan saat musim kemarau. Selain Desa Puron, ada beberapa desa lainnya yang mengalami krisis air bersih seperti Desa Kunden dan Desa Kamal.

Masyarakat setempat hanya mengandalkan bantuan air bersih saat memasuki puncak musim kemarau.

Pemerintah desa bakal mengajukan permohonan bantuan air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo yang diteruskan ke Bupati Sukoharjo.

“Debit sumur air dalam menyusut drastis namun masih bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan memasak. Diperkirakan sumur air dalam mengering pada awal atau pertengahan Agustus sehingga langsung mengajukan permohonan bantuan air bersih,” kata Kepala Desa Kamal, Widodo.

3.000 Warga Sukoharjo Akan Memilih Untuk Kali Pertama di Pilkada 2020, Segera Rekam E-KTP!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya