SOLOPOS.COM - Warga korban gempa dari Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), beristirahat seusai santap siang saat tiba di rumah karantina Solo Technopark (STP), Jebres, Solo, Kamis (21/1/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Napas Mahrus masih tersengal saat tiba di aula Solo Technopark (STP), Kamis (21/1/2021) siang. Pria 53 tahun itu baru saja menempuh perjalanan udara menumpang Pesawat Hercules dari Makassar menuju Bandara Adisumarmo Solo. Dia menjadi satu dari puluhan korban gempa di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat alias Sulbar.

STP menjadi tempat tinggal sementara sebelum ia bisa kembali pulang ke Mamuju atau ke daerah asalnya di Magelang, Jawa Tengah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya asli Magelang, kemudian merantau ke Mamuju. Ya, inginnya bisa pulang ke Kecamatan Grabag, Magelang sebentar lalu balik lagi ke Mamuju. Saya mencari penghidupan di sana (Mamuju),” kata dia, kepada Solopos.com, Kamis.

Baca juga: Sadis! Pria di Grobogan Bunuh Pemuda Teman Kencannya

Di Mamuju, Mahrus bekerja sebagai tukang pijat. Ia mengaku sudah pernah memijat orang-orang penting di daerah perantauannya itu. Mulai dari bupati, komandan kodim, kapolda, hingga gubernur.

Sebelum menumpang Pesawat Hercules untuk dibawa ke Solo, Mahrus ditampung sementara di Asrama Haji Mamuju. Dia kemudian ikut pendataan untuk pulang ke Jawa. Kondisi serba kurang membuatnya eksodus. Selain tempat tinggalnya hancur, hujan sepanjang hari tak memungkinkan tinggal di pengungsian korban gempa Sulbar. Air yang menjadi komponen utama untuk hidup saja tidak cukup memadai.

“Ditampung dua malam di Asrama Haji, kemudian rapid test di Bandara Makassar, hasilnya nonreaktif. Di Solo, kami ternyata diuji swab antigen dan hasil saya nonreaktif. Kondisi di Mamuju sangat hancur. Rumah bagus saja 90% hancur. Rumah saya kayu jelek, tidak terlalu parah rusaknya, hanya sudah tidak bisa untuk tinggal,” kisahnya.

Baca juga: Batal Dites Swab, Pengungsi Gempa Mamuju Dijemput Keluarga Dari STP Solo

Mahrus ingin tinggal sementara di Solo hingga kondisi Mamuju lebih baik. Namun jika tidak memungkinkan, ia bakal pulang ke Magelang.

“Saya ingin mendapatkan bantuan. Tiba di Solo ini tidak membawa apapun. Baju saja tinggal berapa. Keluarga saya ada yang masih di Mamuju. Mereka tertahan karena positif Covid-19. Saya ingin pulang ke Magelang dan dibantu uang sakunya,” ucap Mahrus.

Korban gempa Sulbar lain yang tinggal di STP, Mujiyanto, 45, mengaku hanya sempat membawa baju satu stel saat diantar ke Solo. Dia ingin hanya lima hari di STP untuk kemudian pulang ke Kecamatan Polokarto, Sukoharjo.

“Saya merantau ke Mamuju bertahun lalu. Saat gempa terjadi, saya di rumah, saya mau bangun (dari posisi tidur) saja enggak bisa. Harus merangkak. Untung yang runtuh di belakang, rumah bagian depan tidak, jadi saya bisa keluar. Tetangga saya ada yang meninggal dua orang kena runtuhan. Setelah gempa saya mengungsi di gunung selama empat hari. Gempa susulan masih terus terjadi,” kisahnya.

Baca juga: Amis Lur! Truk Bermuatan Telur Ayam Terguling di Dekat Rumah Sakit di Solo Baru

50 Pengungsi di Solo

Selain dua pengungsi tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo juga menerima 50 pengungsi lain. Sehingga totalnya ada 52 orang. Berdasarkan hasil tes cepat (rapid test) antigen, sebanyak lima pengungsi dinyatakan reaktif uji swab antigen Covid-19.

Seluruh korban gempa Sulbar tinggal di STP meski ruangan antara yang reaktif dan nonreaktif terpisah. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan para pengungsi yang ditempatkan di STP tersebut merupakan warga sekitar Kota Solo dan beberapa wilayah lain, seperti Magelang dan Demak.

“Kami baru mendapat informasi kalau mau ada pengungsi yang mau ke Solo pada Rabu sore. Saya tidak tahu alasan mengapa Solo dipilih. Kami terima dengan alasan kemanusiaan. Kebetulan STP pernah dipakai untuk karantina pemudik, ya, tinggal dipakai saja,” kata dia.

Akses keluar masuk pengungsi yang reaktif, terpisah dengan jalur keluar masuk para pengungsi yang dinyatakan non reaktif.

Sebagai informasi, pemerintah menerbangkan 102 korban gempa Sulbar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur kemarin. Dari jumlah itu, sebanyak 14 pengungsi lain batal terbang lantaran dinyatakan positif usai menjalani pemeriksaan antigen di Makassar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya