SOLOPOS.COM - Ilustrasi peragaan Batara Surya (kanan/ depan) yang membawa Cupu Manik Astagina dan Dewi Indradi (kiri/belakang)(Instagram/@ariswardoyo)

Solopos.com, SEMARANG — Wiracarita Ramayana memiliki kisah-kisah kolosal yang menarik untuk diikuti. Setiap kisah yang ada di dalamnya memiliki pesan kuat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain kisah Mahabarata, ada juga kisah menarik mengenai Cupu Manik Astagina yang terbilang dramatis.

Dihimpun dari Wikipedia, Kamis (20/1/2022), Cupu Manik Astagina adalah wadah yang jika dibuka dapat melihat segala peristiwa di alam semesta. Benda pusaka ini adalah pemberian Batara Surya kepada Dewi Indradi yang merupakan bidadari keturunan Bahara Asmara, karena rasa cintanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun keberadaan cupu manik ini justru menjadi malapetaka bagi Dewi Indradi yang dikutuk menjadi batu oleh suaminya, Resi Gotama. Dilansir dari sebuah literasi berjudul Akara Amurti Anjani, Dewi Indradi atau Dewi Windrati adalah seorang keturunan bidadari yang berparas cantik. Kecantikannya membuat dia diperebutkan oleh Prabu Gajendramuka dan juga Resi Gotama, seorang pertapa.

Baca juga: Ramalan Sabdo Palon Nagih Janji, Obrak-Abrik Tanah Jawa?

Perang Perebutan Dewi Indradi

Namun Dewi Indradi lebih memilih bersama Resi Gotama. Dia pun mengelabuhi Prabu Gajendramuka dengan mengajukan syarat membangun istana berlapis berlian sebagai mahar. Syarat itu disanggupi oleh Prabu Gajendramuka dengan menelusuri laut untuk mencari berlian. Saat Prabu Gajendramuka mencari berlian, Dewi Indradi malah lari bersama Resi Gotama.

Dewi Indradi menceritakan semuanya kepada Resi Gotama dan menjanjikan pernikahan jika Resi Gotama berhasil mengalahkan Prabu Gajendramuka. Singkat cerita, terjadi peperangan perebutan Dewi Indrati oleh Resi Gotama dan Prabu Gajendramuka. Di saat mereka berperang, Batara Surya mendatangi Dewi Indradi dalam wujud Resi Gotama. Singkatnya, Dewi Indradi jatuh dalam rayuannya hingga akhirnya mereka memadu kasih.

Kemudian Batara Surya yang menjelma sebagai Resi Gotama mengubah dirinya ke wujud asli dan membuat Dewi Indradi terkejut. Sebelum kembali ke kayangan, Batara Surya memberikan hadiah kepada Dewi Indradi sebagai bentuk rasa cintanya berupa Cupu Manik Astagina. Dia pun berpesan benda pusaka itu harus diwariskan kepada anak sulungnya dan tidak boleh diketahui oleh siapapun.

Baca juga: Goa Jatijajar Jadi Tambang Fosfat Besar di Masa Penjajahan Jepang

Saat Batara Surya kembali ke kayangan, Resi Gotama yang asli datang dan berkata bahwa dia berhasil menaklukan Prabu Gajendramuka. Dewi Indrati kemudian menikah dengan Resi Gotama sesuai perjanjian. Dari pernikahan itu, lahirlah Dewi Anjani atau Dewi Anjana, Subali dan Sugriwa. Selama hidup bersama, Dewi Indradi tidak pernah menceritakan kepada suaminya terkait Batara Surya yang memberikan pusaka Cupu Manik Astagina.

Petaka 

Hingga suatu saat, Dewi Indradi hendak akan memberikan Cupu Manik Astagina kepada anak sulungnya, yaitu Dewi Anjani. Dia meminta anaknya untuk merahasiakan pusaka tersebut dari siapapun, termasuk ayahnya dan kedua adiknya.

Hingga suatu saat Dewi Anjani sedang bermain dengan cupumanik pemberian ibunya itu dan diketahui oleh kedua adiknya, Subali dan Sugriwa. Dari situ terjadilah keributan antara Anjani dan kedua adiknya yang saling berebut benda pusaka . Keributan itu didengar oleh Resi Gotama yang sedang bertapa.

Baca juga: Apakah Semar dan Sabdo Palon Orang yang Sama?

Hingga akhirnya Resi menayakan asal muasal dari cupu manik tersebut kepada Dewi Indradi, istrinya. Karena takut dan tidak bisa menjawab, Resi Gotama marah besar hingga menjatuhkan kutukan pada istrinya sendiri yang dalam sekejab berubah menjadi tugu.

Tugu itu dilempar dan jatuh ke tlatah Alengka Dirja. Sedangkan Cupu Manik Astagina dilempar hingga jatuh ke sebuah telaga. Karena ulah ketiga anaknya itu, Resi Gotama juga mengatakan kata-kata kutukan dengan menyebut ketiga anaknya berebut mainan seperti kera.

Karena menginginkan pusaka tersebut, Dewi Anjani dan kedua adiknya, Subali dan Sugriwa berlomba-lomba mencari cupumanik yang dibuang oleh ayahnya ke Telaga Mandirda yang sebelumnya dinamakan Telaga Sumala.

Baca juga: Ki Semar, Punakawan Bijaksana Penasihat Para Ksatria Jawa

Berdasarkan namanya, telaga ini berarti banyak cacat, dosa dan kesalahan sesuai dengan makna namanya, yaitu “Su” yang berarti banyak dan “Mala” yang berarti cacat. Sedangkan wadahnya jatuh ke Telaga Nirmala, yang berarti telaga bebas dari penyakit, sesuai dengan namanya, yait “Nir” yang berarti bebas dan “Mala” berarti malapetaka.

Singkatnya, kedua adik Anjani, yaitu Subali dan Sugriwa ternyata lebih dulu sampai di Telaga Sumala dan mereka langsung terjun dan menyelam untuk mencari Cupu Manik Astagina. Anjani yang terlambat datang sampai ke Telaga Sumala dalam keadaan lelah. Tidak langsung menyelam, dia justru mencuci mukanya dengan air telaga itu.

Berubah Menjadi Kera

Alangkah mengejutkan, kutukan Resi Gotama menjadi kenyataan. Subali dan Sugriwa berubah menjadi kera, sedangkan Dewi Anjani juga berubah menjadi kera, namun hanya pada bagian wajah dan tangannya saja.

Mereka menghadap sang ayah untuk minta dipulihkan. Namun sang ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Resi Gotama memberikan petunjuk agar ketiga anaknya bertapa jika ingin kembali ke wujud asli mereka.

Dewi Anjani diperintahkan untuk bertapa di dalam air tanpa busana layaknya katak di Telaga Madirda yang dikenal dengan tapa Nyantoka. Sedangkan Subali diperintahkan untuk bertapa Ngalong, atau bertapa dengan menggantungkan diri di atas pohon layaknya kelelawar di Hutan Suryapringga. Sedangkan Sugriwa diutus untuk bertapa Ngidang, yaitu hidup hanya memakan tumbuh-tumbuhan layaknya seekjor kijang di puncak Gunung Sunyapringa.

Baca juga: Petilasan Pangeran Puger Karanganyar, Ada Gundukan Konon Berisi Pusaka

Kisah ini berakhir dengan pertemuan Dewi Anjani yang sedang bertapa malah menjalin cinta dengan Hyang Pawana atau Batara Bayu. Dia kemudian kembali ke wujud aslinya sebagai wanita cantik sebagai bentuk ampunan dari dewa.

Dilansir dari berbagai sumber, berdasarkan penafsiran dalang kondang bernama Enthus Susmono, kisah Cupu Manik Astagina ini memiliki pesan bahwa kejujuran adalah hal yang penting dalam kehidupan manusia. Apalagi jika sudah berkeluarga, sesama anggota keluarga harus saling jujur satu dengan yang lain sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang berujung pada kehancuran keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya