SOLOPOS.COM - Ilustrasi hasil tes Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA -- Adanya istilah orang dalam pantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 menunjukkan bahwa kapasitas tes di Indonesia belum memadai. Hal itu diakui oleh pemerintah sendiri.

Pernyataan itu dilontarkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa. Menurutnya, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menggunakan istilah ODP dan PDP dalam penanganan Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Isu Dana Haji 2020 untuk Memperkuat Rupiah, Ini Bantahan BI

Kapasitas Indonesia melakukan tes Covid-19 menurutnya sangat rendah. "Angkanya masih jauh. Separuh dari tes itu ada di Jakarta. Separuhnya terbagi ke provinsi-provinsi lainnya," ujarnya dalam webinar IPB Strategic Talks Covid-19 Series, Jumat (5/6/2020).

Data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan pada 5 Juni 2020 menunjukkan rendahnya kapasitas itu. Secara kumulatif, baru 256.810 orang telah diperiksa melalui tes RT-PCR dan TCM dengan hasil positif 29.521 kasus.

Aplikasi Injil Bahasa Minang Dihapus, Gubernur Sumbar Dinilai Tolak Kemajemukan

Jika menggunakan acuan 1 pasien positif  Covid-19 ada 20 orang diperiksa, maka jumlah orang yang sudah diperiksa seharusnya mencapai 590.420 orang. Artinya, kapasitas tes Covid-19 Indonesia masih jauh dari standar.

Suharso pun mengimbau agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Menurutnya, PSBB ini untuk menekan reproductive number (Rt) di bawah 1,00 melalui penerapan protokol kesehatan.

Masih Zona Merah, Pemkot Semarang Izinkan Salat Berjemaah di Masjid

Covid-19 Beres, Ekonomi Pulih

Suharso menilai bahwa penanganan Covid-19 yang semakin baik akan berdampak besar pada percepatan pemulihan ekonomi pascapandemi. Salah satu bagian penting dari penanganan di Indonesia itu adalah kapasitas tes Covid-19 yang cukup.

Percepatan pemulihan ekonomi hanya bisa dilakukan, jika masyarakat kembali produktif dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, diperlukan dukungan pemerintah melalui stimulus ekonomi.

Masih Berasap, Balon Udara Jatuh di SPBU Kalijambe Sragen

Selain mengungkapkan rendahnya kapasitas tes Covid-19, Bappenas memprediksi pada kuartal 2/2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1/2020 mencapai 2,97 persen. Namun,

Pasalnya, Bappenas mencatat dalam 10 pekan terakhir, 17 sektor industri manufaktur terdampak buruk. Ujungnya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 10 juta orang.

Ekonomi Indonesia Diprediksi Dihantam Resesi, Ini Penjelasan BI

Namun, pada kuartal 3/2020, mereka memprediksi perekonomian mulai membaik sehingga akhir 2020 pertumbuhan ekonomi kembali positif. Tentu dengan syarat Covid-19 di Indonesia sudah ditangani dengan baik, salah satunya dengan kapasitas tes yang besar.

Pada masa tersebut kenormalan baru telah diterapkan sehingga kegiatan ekonomi kembali berjalan. "Mudah mudahan pada tahun 2020 kita tetap positif. Positif itu bisa 1 persen, 0,4 persen, atau mudah-mudahan bisa sampai 2,3 persen," ujarnya.

Golkar Pastikan Usung Gibran Rakabuming di Pilkada Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya