SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tembakau (Dok/JIBI)

Solopos.com, SEMARANG — Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah (Jateng), Wisnu Brata, mengaku kecewa dengan keputusan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, yang memutuskan kenaikan cukai rokok sebesar 10 persen. Ia bahkan berani menyebut Sri Mulyani sebagai hama bagi petani tembakau di wilayah Jateng.

Wisnu mengaku kondisi pertanian tembakau tahun ini sudah cukup menyedihkan akibat anomali cuaca atau kondisi cuaca yang tidak menentu. Kondisi itu pun membuat sejumlah lahan tembakau milik petani mengalami gagal panen. Namun, kondisi yang memprihatinkan itu masih ditambah dengan keputusan pemerintah yang menaikan cukai hasil tembakau atau rokok sebesar 10 persen. Kenaikan cukai ini pun berpotensi membuat harga jual tembakau petani ke pabrik semakin anjlok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Cuaca di tahun ini memang di luar dugaan. Tapi hancurnya harga tembakau tidak semata-mata karena cuaca, tapi juga akibat hama. Hamanya apa? Hamanya adalah bu Sri Mulyani [Menteri Keuangan],” tegas Wisnu kepada Solopos.com, Senin (14/11/2022).

Wisnu menyebut kenaikan cukai rokok mencapai 10 persen itu mempengaruhi harga jual tembakau dari tingkat petani. Bahkan, industri rokok disebut sudah menyikapi kenaikan cukai itu dengan menekan harga produksi.

“Informasi itu [kenaikan cukai rokok 10 persen] sudah dihembuskan sejak petani masuk masa panen. Hal itu direspons industri dengan menekan harga. Kenapa harga ditekan? Karena industri menakan cost produksi untuk mengimbangi kenaikan cukai. Di sini jelas petani yang terkena dampak,” jelasnya.

Baca juga: Tarif Cukai Rokok Resmi Naik 10 Persen pada 2023 dan 2024

Lebih lanjut, Wisnu mengaku tahun ini harga jual tembakau kering dari tingkat petani terbilang murah. Ia mencontohkan satu kilogram (kg) harga tembakau kering saat ini dihargai Rp40.000.

“Hasil panen tahun ini harganya jelas jatuh. Tahun lalu, rata-rata harganya di atas Rp50.000. Tahun ini, hanya sekitar Rp40.000 hingga Rp45.000. Ditambah ada wacana kenaikan cukai [rokok] tahun depan, petani makin resah,” ujarnya.

Selain harga jual tembakau yang turun, APTI Jateng juga mencatat berkurangnya lahan tembakau di wilayahnya. Catatan APTI Jateng, tahun lalu ada sekitar 60.000 hektare lahan yang ditanami tembakau. Namun, tahun ini jumlahnya menyusut menjadi 47.000 hektare.

Baca juga: Pengumuman! 4.031 Keluarga di Wonogiri akan Terima BLT DBHCT Rp4,8 Miliar

Penurunan luas lahan tanaman tembakau itu dipengaruhi beberapa fakti. Selain karena faktor cuaca, juga ada pengaruh dari kenaikan cukai rokok atau cukai hasil tembakau yang terjadi setiap tahunnya sehingga membuat harga tembakau turun. Petani pun menjadi enggan menanam tembakau dan beralih menanam tanaman yang lain.

“Kalau untuk keanggotaan dari petani dan buruh tani di Jateng saat ini mencapai 400.000 orang,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya