SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/dok)

Cuaca ekstrem diyakini memicu kematian ayam potong di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Ratusan ayam potong milik Aris Supriyanto, 36, di Dukuh Candirejo RT 021, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, mati sejak sebulan terakhir. Kematian unggas tersebut diyakini disebabkan suhu ekstrem rata-rata 33 derajat Celsius.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aris memiliki empat kandang di lokasi yang berbeda. Kandang A terletak di Dukuh Candirejo, Jurangrejo yang diisi 9.000 ekor. Kandang B terletak di Dukuh Kedung Bagong, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan yang berdekatan dengan tempat tinggalnya. Kadang tersebut berisi 3.000 ekor ayam.

Kadang C berada di Dukuh Candirejo, Desa Wonokerso, Kecamatan Kedawung yang diisi 5.000 ekor. Kandang D berlokasi di Dukuh Gosek, Baleharjo, Kecamatan Sukodono yang diisi 4.500 ekor.

“Kandang B-D sudah dipanen pada 10 hari lalu. Sedangkan kandang A baru dipanen mulai Jumat [14/8/2015] lalu. Sejak pekan pertama hingga pekan kelima ini selalu ada kematian ayam karena suhu panas kemarau yang ekstrem. Total ada 600-an ekor ayam yang mati selama sebulan terakhir,” kata Aris di sebuah gerai HP di Jl. Raya Sukowati Sragen, Selasa (18/8/2015) sore.

Aris yang tinggal di Dukuh Kedung Bagong RT 014/RW 005, Cemeng, Sambungmacan, itu berniat melihat kondisi kotoran ayam di Kandang B. Sejak Selasa siang, Aris memeriksa kondisi ayam di kandang Candirejo, Jurangjero.

Dia menyebut kematian ayam setiap hari bervari bahkan sampai 40 ekor per hari. Dia tidak bisa menunjukkan bangkai ayam karena sudah dimanfaatkan untuk pakan lele.

Dia mengatakan suhu panas di kandang fuktuatif antara 33,1 derajat Celsius hingga 33,2 derajat Celsius. Dia menyebut jumlah kematian ayam pada pekan pertama sebanyak 200 ekor, pekan kedua 80 ekor, pekan ketiga 100 ekor, pekan keempat 100 ekor, dan pekan kelima 200 ekor.

“Kemarau tahun lalu biasanya kandang dikosongkan. Baru kemarau tahun ini diisi ayam. Saya belum bisa menghitung kerugian akibat kematian unggas itu. Berdasarkan perhitungan hasil panen tiga kandang, pendapatan saya anjlok 50%. Pada kondisi normal saya bisa dapat untung Rp4.000/ekor. Sekarang tinggal Rp2.000/ekor,” kata dia.

Di sisi lain, Aris mengaku pasar ayam juga lesu belakangan. “Ada yang biasanya DO delapan kuintasi ternyata hanya ambil enam kuintal per hari. Para bakul sambat karena pasar sepi,” ujar dia.

Aris mengaku beternak lewat kerja sama dengan PT Subur Ternak Pratama Sragen dengan sistem bagi hasil. Aris menyediakan kandang dan operasional sedangkan pihak PT menyediakan saprodinya.

Kabid Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen, drh, Nanik Mulyani, mengatakan suhu panas yang ekstrem memang bisa menyebabkan kematian pada unggas karena stres. Selain faktor stres, kata dia, daya tahan ayam juga menjadi pemicu kematian unggas.

“Biasanya kematian ayam karena kepanasan itu karena jumlah ayamnya melebihi kapasitas kandang. Kandang berkapasitas 500 ekor ternyata diisi 1.000 ekor. Kepadatan ayam itu membuat asupan oksigen ayam berkurang dan menyebabkan kematian. Selama ini, kami belum menerima laporan kematian ayam potong itu,” ujar dia saat dihubungi , Selasa petang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya