SOLOPOS.COM - Sejumlah nelayan Pantai Glagah nekat melaut, walaupun angin di perairan bertiup kencang, mencapai 27-40 Kilometer per jam, Selasa (16/1/2018). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

BMKG ingatkan cuaca buruk.

Harianjogja.com, KULONPROGO–Cuaca buruk yang terjadi sejak beberapa hari terakhir di DIY menyebabkan gelombang tinggi di sepanjang perairan Selatan Jogja. Meski demikian, sebagian nelayan di Pantai Glagah memilih untuk nekat melaut, sebagian lainnya memilih untuk menyandarkan kapal ke pantai.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Salah satu nelayan, Salis Fauzan mengatakan sebagian nelayan tetap melaut untuk mendapatkan ikan yang bisa dijual guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun ia sendiri memilih untuk menyandarkan perahunya dan berada di daratan. Karena selain gelombang yang tinggi, kondisi arus air yang cepat dan rapat membuat nelayan kesulitan saat menuju tengah laut.

“Lebih baik batal untuk cari ikan. Supaya mengurangi jumlah korban akibat ganasnya gelombang,” terangnya, Selasa (16/1/2018).

Nelayan yang lain, Sunarman mengungkapkan dirinya juga enggan melaut dan memilih untuk memperbaiki perahu atau peralatan penangkap ikan yang rusak. Ia berharap cuaca segera membaik dan aktivitas menjadi normal.

Mengutip laman Balai Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY diketahui bahwa, cuaca buruk perairan dipicu low pressure area (LPA) di Samudera Hindia, sebelah barat laut benua Australia. Hal itu menyebabkan kecepatan angin di perairan mencapai 27 hingga 46 Kilometer per jam. Selain itu, ketinggian gelombang diketahui mencapai tiga sampai empat meter.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulonprogo, Sudarna mengatakan, ia menyadari bahwa berlayar dan mencari ikan adalah mata pencaharian yang penting bagi para nelayan. Kendati demikian, dalam kondisi cuaca buruk seperti ini, keamanan jiwa dan aset harus menjadi pertimbangan utama. Perhitungan-perhitungan berkaitan dengan itu sangat penting, mengingat tingkat keterampilan dan tekad dari nelayan itu berbeda-beda. “Ada yang menganggapnya masih aman, tapi ada juga yang menganggap tidak aman,” kata dia.

Pada 2018 ini, jajarannya menargetkan produksi perikanan budidaya dan ikan tangkap total 15.315 ton. Apabila dirinci, angka tersebut terdiri dari 12.890 ton produksi ikan budidaya dan produksi perikanan tangkap sebanyak 2.420 ton. Target itu lebih tinggi ketimbang target 2017 sebesar 14.661 ton. Gelombang tinggi di perairan pernah menjadi kendala pencapaian produksi ikan pada 2017 lalu, lantaran kondisi serupa membuat nelayan enggan melaut. “Untuk pencapaian tahun ini, harus optimis,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya